Kontroversi Mulan Juga Tak Kunjung Selesai

- Senin, 14 September 2020 | 12:29 WIB

 NEW YORKs - Kontroversi Mulan memasuki babak baru. Film baru Disney itu menjadi pusat perhatian kelompok bipartisan pembuat kebijakan di Amerika Serikat. Mereka mempertanyakan koneksi antara Disney dan pemerintah Tiongkok. Di end credits Mulan, tim produksi menyampaikan terima kasih untuk pemerintah Xinjiang.

Salah satunya, biro pemerintah yang menyebar propaganda dan menginisiatori kamp penahanan etnis Uighur, terutama kalangan muslim. ”Kerja sama Disney dengan pihak berwenang Republik Rakyat Tiongkok, yang paling bertanggung jawab atas kekejaman dan menutupi kasus tersebut, sangat mengganggu,” ungkap perwakilan dan senator Partai Republik dalam pernyataan tertulis. Surat itu diunggah akun Twitter Komisi Kongres Eksekutif Amerika Serikat untuk Tiongkok.

Mengutip laman IMDb, proyek Mulan mulai masuk tahap produksi pada musim panas 2018. Padahal, kasus kekejaman –yang disebut sebagai genosida budaya– tersebut berlangsung sejak 2017. Pihak pembuat kebijakan pun menuntut CEO Disney Bob Chapek memberikan konfirmasi terkait dengan kerja sama itu.

Keputusan melakukan syuting di Xinjiang pun dinilai tidak bijaksana. ”Hal itu diam-diam menyiratkan dukungan untuk pelaku kejahatan yang mungkin berperan dalam upaya genosida,” ungkap Marco Rubio, senator Partai Republik. Di konferensi Bank of America pada Kamis (10/9), CFO Disney Christine M. McCarthy sempat memberikan komentar singkat terkait dengan kontroversi itu.

Dia memaparkan, produksi di Xinjiang sebatas mendapat gambaran lanskap dan geografis Tiongkok yang akurat. Selebihnya, syuting dilakukan di Selandia Baru. McCarthy juga menilai, ucapan terima kasih di akhir film bukan sesuatu yang baru. ”Di Hollywood, memberikan credit pada pemerintah yang memberikan izin syuting adalah hal lazim,” tegasnya sebagaimana dikutip The New York Times.

Rentetan kontroversi –dari dukungan Liu Yifei pada kepolisian Hongkong hingga special thanks untuk pemerintah Xinjiang– membuat Mulan sulit meraup keuntungan di Tiongkok. Padahal, Disney memproyeksikan Negeri Panda itu sebagai penyumbang pendapatan terbesar Mulan. Di sana, film besutan sutradara Niki Caro itu tayang di bioskop sejak Jumat (11/9).

Namun, di dua hari pertama rilis, Mulan hanya meraih USD 17 juta (Rp 254,7 miliar). Film yang dibintangi Liu Yifei, Gong Li, dan Donnie Yen itu pun diprediksi hanya mampu mengantongi USD 40 juta (Rp 599,3 miliar) hingga masa tayang berakhir. Hasil tersebut jelas tak sebanding dengan biaya produksi yang meroket, mencapai lebih dari USD 200 juta (Rp 2,997 triliun).

Selain pendapatan yang lesu, ulasan film itu buruk. Di situs review Douban, Mulan mendapat skor 4,7 dari skala 10. Ulasan di situs penjualan tiket Maoyan pun hanya 7,7 –jauh lebih rendah daripada film live action Disney yang umumnya tak pernah kurang dari 8. Kendala itu pun diperparah dengan mulai beredarnya bajakan film Mulan di situs Tiongkok. (fam/c12/ayi)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X