SURABAYA– Hasil laut Indonesia melimpah. Termasuk ikan. Selain untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, komoditas itu juga layak diperdagangkan di pasar global. Apalagi, pasar ekspor masih sangat terbuka. Kini yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kemampuan berdiplomasi dalam forum internasional.
Sekretaris Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Hari Maryadi mengaku sedang meningkatkan ilmu dan kemampuan jajarannya dalam merambah pasar global. Terutama meningkatkan kemampuan berdiplomasi mereka. ”Ini sangat penting agar substansi teknis dapat tersampaikan. Juga, meningkatkan posisi tawar Indonesia dalam forum internasional,” paparnya Jumat lalu (11/9).
Saat ini ada 158 negara yang menerima hasil perikanan Indonesia. Tiongkok menjadi negara tujuan ekspor terbesar. Sekitar 664 unit pengolahan ikan (UPI) telah terdaftar sebagai eksporter di Negeri Panda itu. Berdasar laporan China Customs Data, Indonesia menduduki peringkat ke-4 eksporter hasil perikanan tertinggi ke Tiongkok pada periode Januari–Mei 2020.
Menurut Hari, Tiongkok masih memiliki potensi pasar yang besar. ”Saat ini Tiongkok mulai recovery dari resesi dan terbuka lebar peluang pasarnya,” ucapnya.
Kinerja sektor perikanan pada semester pertama 2020 meningkat. Nilai ekspor tercatat meningkat 6,9 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, nilai impor semester pertama 2020 tercatat turun 5,9 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Neraca perdagangan sektor kelautan dan perikanan pada paro pertama 2020 lalu naik 8,3 persen jika dibandingkan dengan semester pertama 2019. (res/c12/hep)