Suasana cukup tenang. Dikelilingi pepohonan hijau dan suara kicauan burung. Di tengah permukiman para nelayan dan pesisir mangrove ini terdapat taman baca yang digagas warga.
Anak-anak tersenyum. Mata mereka tertuju pada gambar-gambar yang ada di buku komik. Meski tidak terlalu paham membaca mereka kerap datang demi bisa menghabiskan waktu bersama. Membunuh kebosanan di tengah pandemi.
Empat bulan lalu bangunan ini hendak dijadikan pengolahan biogas. Namun hingga rampung tak kunjung pula digunakan. Alih-alih dibiarkan terbengkalai, akhirnya dimanfaatkan sebagai tempat membaca. Jumpi Library Center. Demikian yang dikatakan Donny Arya, sang penggagas.
Dikelilingi pepohonan mangrove, lokasinya cukup teduh. Melewati permukiman atas dan jembatan kayu yang berada Jalan Wolter Monginsidi RT 33, Kelurahan Baru Ulu, Kecamatan Balikpapan Barat. Suara burung terdengar. Terik matahari kebetulan tak terlalu menyengat ketika awak media berkunjung.
Berawal dari keinginan Donny meningkatkan minat baca bagi anak-anak yang berada di sekitar rumah. Semula Donny membiarkan anak-anak datang ke rumahnya untuk membaca komik. Tetapi rumah yang ditempati bersama orangtuanya tidaklah luas. Melihat lokasi biogas yang tidak terpakai, muncullah ide menjadikannya area baca. Dengan ala kadarnya, lalu hingga dibangun atap dan pagar.
Secara swadya, bersama relawan dan masyarakat sekitar akhirnya mereka mendirikan atap dan pagar di atas bangunan. Uang yang digunakan untuk membeli kayu dan seng yang terkumpul Rp 1,5 juta. Warga gotong-royong membangun atap agar anak-anak tak kehujanan dan terpapar matahari secara langsung.
Memang belum tersedia lemari atau tempat penyimpanan buku. Buku-buku yang dapat dibaca pun baru komik. Karena itu dia sangat bersyukur bila ada masyarakat yang hendak menyumbangkan buku edukasi, majalah, prakarya, ataupun buku bacaan lainnya yang dapat memberikan informasi serta meningkatkan minat baca anak-anak.
Ketika akhir pekan, anak-anak dapat datang dan membaca buku dari pukul 07.00-21.00 Wita. Sedangkan hari biasa, Senin-Sabtu mulai pukul 13.00-21.00 Wita. Mengingat ia dan relawan lainnya masih bekerja dan tidak bisa standby setiap saat. Kebanyakan dari relawan ialah guru yang tinggal di sekitar lokasi tersebut.
"Tidak hanya jadi tempat baca, anak bisa bertanya pada kami bila ada PR yang tidak dimengerti. Kami pun berharap nantinya bisa memasang WiFi agar anak bisa belajar gratis tanpa membeli kuota," ucap pria yang mengajar di SMP Islam Al-Ula Balikpapan Barat tersebut.
Ingin dikembangkan menjadi lokasi wisata, ke depannya dia berharap pengerjaan jembatan di sekitar mangrove yang sempat digagas pemerintah kota bisa kembali dilanjutkan. Sehingga kelak masyarakat ataupun wisatawan yang berkunjung dapat berjalan-jalan melihat hutan mangrove di kawasan Jumpi tersebut.
Setelah jembatan terbangun, bersama masyarakat bisa dibangun gazebo maupun area kuliner. Sehingga dapat menumbuhkan perekonomian warga sekitar. "Itu impian kami warga Jumpi, agar ada wisata lokasi yang murah meriah sekaligus informatif. Pengunjung tidak hanya bisa membaca buku dan menikmati makanan, tapi juga menghabiskan waktu menikmati suasana di sini dengan tenang," pungkasnya. (lil/ms)