Keberadaan Rumah Sakit (RS) darurat menjadi salah satu kebutuhan prioritas yang harus segera disiapkan. Hal itu guna mengantisipasi lonjakan pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Pemkot Balikpapan telah mengusulkan Embarkasi Haji sebagai RS darurat di Kota Minyak.
BALIKPAPAN - Hingga kemarin (12/9), proses pengajuan RS darurat terus berlanjut. Sebelumnya, Pemkot Balikpapan telah mendapat persetujuan Pemprov Kaltim dan Kementerian Agama. Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan Andi Sri Juliarty mengatakan, pihaknya sedang menunggu pengadaan alat kesehatan untuk RS darurat.
“Kalau RS darurat sedang kami usulkan proposal peralatan ke provinsi, sudah disetujui. Kami menunggu proses pengadaan dari Dinas Kesehatan Provinsi,” ungkapnya. Perempuan yang akrab disapa Dio ini menuturkan, nantinya mereka yang berada di Embarkasi Haji hanya untuk penanganan dengan gejala sedang.
Dia menjelaskan, sulit untuk merawat pasien dengan kasus berat karena harus mengubah desain ruangan perawatan. Butuh instalasi alat-alat kesehatan khusus bagi pasien gejala berat. “Jadi, harus mengubah desain ruangan untuk merawat gejala berat dan itu tidak mungkin mengubah ruangan Embarkasi Haji,” ujarnya.
Misalnya, sulit memasang peralatan elektrikal dengan desain ruangan yang ada, sehingga pihaknya hanya bisa melakukan perawatan yang cukup menggunakan alat kesehatan portabel. Jadi, tidak perlu mengubah ruangan. “Kita tunggu lagi kapan dari provinsi drop alatnya,” sebutnya.
Sementara menunggu status sebagai RS darurat, kini Embarkasi Haji menjadi rumah karantina bagi pasien yang menjadi isolasi mandiri. Sejauh ini total pasien yang pernah menjalani isolasi di Embarkasi Haji sebanyak 68 orang per Jumat (11/9). “Mereka yang sembuh sudah 53 orang dan sekarang sisa 15 orang,” katanya.
Sejak digunakan pada 15 Agustus, pasien yang dirawat di Embarkasi Haji memiliki gejala ringan dan golongan orang tanpa gejala (OTG). Dia menjelaskan, fasilitas yang tersedia di Embarkasi Haji sebanyak 130 tempat tidur atau bed dengan total 37 kamar. Ada empat gedung asrama yang bisa digunakan untuk isolasi mandiri.
Nama-nama asrama di antaranya Quba, Khandaq, Madinatul Hujjaj, dan Raudah. Namun, yang sudah digunakan hanya tiga asrama. Sementara yang Raudah belum terpakai. “Rata-rata pasien sudah mau selesai dirawat. Sisanya tinggal isolasi mandiri,” tutupnya. (gel/kri/k16)