Tetap Waspada Jaga Tren, Surplus karena Impor Turun

- Jumat, 11 September 2020 | 12:24 WIB

JAKARTA– Neraca dagang Indonesia periode Januari–Juli 2020 surplus USD 8,75 miliar atau setara dengan Rp 130,23 triliun. Namun, catatan itu tidak membuat Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto berpuas diri. Surplus tersebut muncul gara-gara impor yang turun, bukan karena ekspor yang melesat.

Agus menyatakan, kinerja necara dagang Januari–Juli 2020 lebih baik jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Saat itu neraca dagang Indonesia defisit USD 2,15 miliar (sekitar Rp 32 triliun). ”Kita harus tetap waspada karena surplus disebabkan impor yang turun lebih dalam dari kinerja peningkatan ekspor,” ujarnya dalam rakornas Kadin kemarin (10/9).

Kinerja ekspor sepanjang Januari–Juli 2020 tercatat USD 90,12 miliar (sekitar Rp 1.344 triliun) atau turun 6,21 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, dalam periode tersebut kinerja impor tercatat USD 81,37 miliar (sekitar Rp 1.211 triliun) atau mengalami penurunan 17,17 persen bila dibandingkan dengan Januari–Juli 2019.

Menurut Agus, impor turun seiring penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sebagai upaya pengendalian pandemi. Pembatasan itu mengakibatkan aktivitas industri terpaksa berhenti. ”Industri yang umumnya butuh bahan baku penolong maupun barang modal asal impor terpaksa berhenti beroperasi,” katanya.

Berkaca pada kinerja ekspor tersebut, Agus menegaskan bahwa upaya mendorong ekspor perlu terus dilakukan. Syaratnya adalah jeli melihat peluang salama masa pandemi ini. Hingga Juli lalu, menurut dia, ada beberapa negara yang kinerja ekspor nonmigasnya tetap tumbuh. Di antaranya, Tiongkok, Australia, Pakistan, dan Amerika Serikat (AS).

Produk ekspor nonmigas ke Tiongkok yang meningkat signifikan adalah stainless steel dan tembaga. Komoditas ekspor utama ke Australia adalah produk alumunium nitrat, emas, dan cocoa butter. Komoditas ekspor ke Pakistan adalah produk refined palm oil dan batu bara. Komoditas ekspor andalan ke AS adalah produk refined palm oil dan udang.

Agus menuturkan, ekspor komoditas-komoditas itu akan tumbuh. ”Semua ini adalah peluang yang harus kita cermati dan manfaatkan agar ekspor Indonesia bisa pulih dengan cepat,” tegasnya.

Sementara itu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendukung upaya pemerintah untuk mengakselarasi pertumbuhan ekonomi nasional tahun depan. Target itu akan tercapai jika Indonesia mampu membenahi fundamental, melakukan transformasi besar, dan menjalankan strategi besar pada bidang ekonomi.

Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P. Roeslani menuturkan, untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi, diperlukan upaya-upaya maksimal dalam menjawab tantangan yang ada. Di antaranya, menjaga demand aggregate dan supply aggregate secara bersamaan. Dia menyebutkan bahwa tiga faktor demand yang utama adalah konsumsi, investasi, dan ekspor.

”Kalau bisa diatasi, sektor-sektor ini bakal bisa memberikan kontribusi besar pada perbaikan ekosistem yang jauh lebih baik dalam peta geoekonomi kita yang pada gilirannya akan berdampak positif bagi perkembangan ekonomi nasional,” papar Rosan. (agf/c14/hep)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X