Lifting Migas Kalsul Tembus Target

- Jumat, 11 September 2020 | 11:59 WIB

BALIKPAPAN- Meski sedang terpukul imbas pandemic Covid-19, lifting minyak dan gas di wilayah Kalimantan dan Sulawesi (Kalsul) berhasil melampaui target yang ditentukan dalam APBN Perubahan (APBN-P). SKK Migas Kalsul mencatat lifting minyak hingga Agustus mencapai 82.740 barel minyak per hari (bopd) atau sekitar 104,8 persen dari target 78,847 bopd.

Sedangkan angka nasional, sebesar 706,9 bopd atau setara 100,3 persen dari target APBN-P. Kontribusi wilayah Kalsul terhadap nasional sebesar 12 persen. Kepala Kantor Perwakilan SKK Migas Kalsul Syaifudin mengatakan, lifting minyak paling tinggi diperoleh dari Pertamina Asset 5 dan Pertamina Hulu Mahakam. PHM mencapai 29.328 bopd dan PEP 5 18.8791 bopd.

Sedangkan untuk gas mencapai 1.700 mmscfd atau 106,4 persen dari target APBN-P, yakni 1.591 mmscfd. Sayangnya, raihan positif lifting minyak dan gas Kalsul tak dibarengi dengan lifting gas nasional. Tercatat lifting gas hanya mencapai 99,3 persen dari target APBN-P sebesar 5.556 mmscfd. Artinya hingga Agustus lifting gas sebesar 5.516 mmscfd. Kontribusi gas Kalsul untuk nasional sebesar 31 persen.

“Namun jika dibandingkan tahun lalu jelas turun. Penurunan lebih dari 30 persen dari tahun lalu. Kondisi pandemi Covid-19 juga berdampak pada industri hulu migas. Aktivitas menurun dan harga minyak pun turun,” ucapnya saat webinar, Kamis (10/9).

Syaifudin menjelaskan, kondisi global memengaruhi industri migas. Utamanya karena Covid-19. Kondisi itu membuat harga minyak rendah, turunnya konsumsi minyak, dan fluktuasi kurs valuta asing. Sedangkan dampak Covid-19 terhadap kegiatan hulu migas antara lain, transportasi material lebih lama, khususnya material dari luar negeri, inspeksi kinerja peralatan atau fasilitas lebih lama karena work from home dan membutuhkan waktu lama jika perlu pekerja dari luar atau dalam negeri.

“Selain itu mobilitas pekerja ke lokasi sekarang lebih sulit. Perizinan ketat dan ada waktu karantina. Berpotensi juga overstay yang berisiko pada keselamatan kerja. Kemudian, produktivitas engineering dan konstruksi menjadi lebih rendah karena bekerja dari rumah. Imbasnya juga bagi tenaga kerja produktivitas menurun,” tuturnya.

Belum lagi, di offshore, terjadi keterbatasan jumlah personel. Kegiatan manufaktur peralatan migas untuk proyek juga jadi lebih lama. “Perijinan atau persetujuan juga sekarang memakai waktu lama. Dampaknya sangat terasa. Kami tidak bisa bekerja seperti biasanya,” katanya.

Sementara itu, Plt Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Susana Kurniasih menilai capaian ini sukses diraih berkat kerja keras Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Adapun, di sisa tahun ini SKK Migas akan berfokus pada upaya mitigasi risiko sehingga kendala-kendala produksi dapat diatasi.

“Kami akan evaluasi sekiranya ada pekerjaan operasi produksi yang bisa dipercepat. Tentunya juga melakukan mitigasi risiko agar angka lifting dapat dipertahankan hingga akhir tahun,” ujar Susana. (aji/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X