Jabodetabek Kompak PSBB Total

- Jumat, 11 September 2020 | 11:43 WIB
Petugas medis membawa pasien Covid-19 ke Wisma Atlet.
Petugas medis membawa pasien Covid-19 ke Wisma Atlet.

JAKARTA– Keputusan Pemprov DKI Jakarta memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti April lalu, membuat mitigasi Covid-19 di Jabodetabek kembali seragam. Secara keseluruhan, saat ini ada 2 provinsi dan 5 kabupaten/kota yang sampai kemarin masih menjalankan PSBB. Yakni provinsi DKI Jakarta (transisi) dan Banten. Di mana di dalamnya ada kota Tangerang Selatan, kota Tangerang, dan Kabupaten Tangerang. Kemudian kabupaten dan kota Bekasi, Kabupaten dan kota Bogor, serta kota Depok.

’’Seluruh (lima) kota dan kabupaten ini (PSBB-nya) berakhir pada 29 September,’’ terang juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito di kantor presiden (10/9). PSBB transisi DKI Jakarta berakhir kemarin, sementara PSBB total di provinsi Banten berakhir 20 September mendatang.

Dengan bergabungnya DKI Jakarta, pekan depan seluruh jabodetabek kompak menjalankan PSBB total. Bila Provinsi Banten nanti memutuskan memperpanjang PSBB, maka pembatasan akan berlaku lebih lama lagi

Dari grafik yang ada, kasus harian Covid-19 di Jakarta memang mengalami tren peningkatan sejak pemberlakuan PSBB transisi. Ada beberapa perbedaan aturan antara PSBB dan masa transisi. Saat PSBB awal, semua perkantoran wajib memberlakukan kerja dari rumah kecuali instansi pemerintah dan yang menangani Covid-19.

Rumah ibadah serta fasilitas umum dan sosial wajib tutup. Kapasitas dan jam operasional transportasi umum dibatasi, kemudian mobil pribadi dibatasi 50 persen kapasitas. Sementara, saat masa transisi, semua fasilitas boleh dibuka termasuk tempat wisatadengan hanya 50 persen kapasitas. Yang masih konsisten tidak boleh beroperasi sejak awal PSBB adalah lembaga pendidikan.

Wiku juga menjelaskan betapa gawatnya ketersediaan bed di RS-RS yang ada di Jakarta. Per 8 September lalu, 7 dari 67 RS rujukan Covid-19 terisi penuh alias 100 persen. 46 RS okupansinya sudah di atas 60 persen. hanya ada 14 RS yang terisi di bawah 60 persen. Di Wisma Atlet, dari 2.700 bed yang disediakan, saat ini sudah terisi sebanyak 1.600. ’’Masih ada 1.100 tempat tidur untuk perawatan pasien dnegan status sedang dan ringan,’’ lanjut Wiku.

Di wisma atlet, pemerintah juga membuat flat isolasi mandiri dengan kapasitas 4.800 kamar di tower 4 dan 5. Untuk menampung masyarakat yang menderita Covid-19 dengan status OTG. Khususnya mereka yang tidak bisa melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing. Tower 5 sendiri mulai dioperasikan Rabu (9/9) lalu.

Ke depan, manajemen RS yang ada di DKI dan daerah lain dituntut mampu memonitor tingkat penggunaan tempat tidur, ruang isolasi, dan ICU masing-masing. Bila kapasitas sudah mulai meningkat, segera di-redistribusi ke fasilitas lainnya. ’’Khusus di Jakarta bisa diarahkan memindahkan pasien dengan kondisi sedang dan ringan ke RS darurat wisma atlet,’’ tambahnya.

Sementara itu, Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) DKI Jakarta mendapat dukungan tenaga kesehatan. Langkah ini diharapkan menjadi salah satu cara menurunkan jumlah orang yang terpapar Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Namun upaya ini harus ada sinergitas seluruh pihak.

Salah satu dokter paru di Jakarta Eva Sri Diana kemarin (10/09) menceritakan bahwa kesulitan mencari kamar untuk pasien Covid-19 betul-betul terjadi. Dia menyayangkan pernyataan Menko Perekonomian Airlangga Hartanto yang kemarin membantah pernyataan pak anies bahwa Rumah sakit - Rumah sakit yang menangani Covid di jakarta sudah penuh.

Karena memang fakta di lapangan menunjukkan ruangan sudah penuh. Terutama ruang ICU. Sementara Pasien yang butuh perawatan semakin banyak. ”Kalau mau, saya siap menemani Pak Airlangga atau menteri lainnya untuk ikut saya visit ke ruang perawatan Covid-19,” ucapnya.

 

Tak hanya soal ruang, tenaga kesehatan pun juga mulai kelelahan. Menurut Eva, tenaga kesehatan yang memang terbukti Covid positif Saja yang dapat berisitirahat. Sementara nakes yang belum sakit dan belum terbukti Positif Covid tetap harus bekerja walaupun sudah berinteraksi dengan nakes atau Pasien yang positif.

Ini terjadi karena jumlah Pasien yang meningkat tajam sementara jumlah nakes yang melayani semakin sedikit karena banyak yang sakit, gugur dan bahkan ada juga yang sudah benar benar lelah sehingga terpaksa mundur.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X