Sempat Dijauhi Tetangga, Pilih Mandi di Luar Rumah agar Aman

- Jumat, 11 September 2020 | 11:21 WIB
TETAP SEMANGAT: Warga di sekitar Jalan Serayu, Samarinda Utara, lokasi pemakaman pasien Covid-19 menjadi bagian penting dalam tim pemulasaran. RAMA SIHOTANG/KP
TETAP SEMANGAT: Warga di sekitar Jalan Serayu, Samarinda Utara, lokasi pemakaman pasien Covid-19 menjadi bagian penting dalam tim pemulasaran. RAMA SIHOTANG/KP

Dering telepon kerap terdengar di handphone Waryo. Panggilan dari petugas tim pemulasaran, memberikan kabar untuk disiapkan liang lahat. Meski jarum jam menunjukkan waktu istirahat, tim penggali makam mau tak mau harus bersiap lebih dahulu di Taman Pemakaman Raudlatul Jannah.

 

RASA letih dan pegal menjadi hal yang selalu dirasakan setelah pemakaman. Lubang berukuran 2x1 meter harus dipersiapkan sebelum jenazah tiba. Tak mudah untuk memerhatikan lubang sedalam 2 meter. Tanah pemakaman banyak bebatuan yang membuat proses penggalian lebih susah.

Belum lagi para penggali kubur harus berburu waktu. Selama sebulan terakhir, angka kematian karena Covid-19 di Kota Tepian cukup tinggi. Tak jarang penggalian makam hingga lepas tengah malam. "Beberapa waktu lalu juga hampir kalang kabut, karena lokasi banyak batu laterit, jadi ya setengah mati juga. Untungnya kami kemarin ada siapkan stok," kata Waryo, penggali makam di Taman Pemakaman Raudlatul Jannah.

Untuk menyiasati terjadinya penumpukan, Waryo bersama lima rekannya membuat stok lebih dulu. Setiap orang ditargetkan menyelesaikan satu lubang. Begitu juga jika stok lubang sudah digunakan, tim pemakaman harus kembali menyiapkan cadangan liang lahat. "Kami pernah sisa satu dan ada yang meninggal malam. Jadi harus gali satu lagi buat stok. Harus jadi itu," terang pria yang juga ketua RT 20, Kelurahan Tanah Merah.

Bukan hanya menggali kubur. Waryo dan rekannya juga turut membantu tim evakuasi Satgas Covid-19 saat pemakaman. Termasuk yang mengangkat peti mati ke liang lahat. Lengkap menggunakan baju hazmat dan masker. "Ya kami ikut makamkan. Meski malam ya tetap ikut. Kalau capek sudah pasti, tapi kami sehat saja kok," imbuhnya.

Selain rasa letih, rasa cemas membayangi setiap proses pemakaman. Walau telah mengikuti protokol pemakaman, dia takut virus masih terbawa hingga ke rumah. Ketakutannya tentu menjangkiti keluarganya. Anak, istri, dan orangtuanya diminta jangan mendekat sebelum dirinya benar-benar bersih. "Jadi setiap pulang enggak langsung masuk rumah. Pakaian direndam dulu di depan. Mandi juga di luar rumah. Biar aman lah," terangnya.

Stigma negatif masyarakat juga pernah dirasakan pria 45 tahun itu. Banyak warga sekitar yang menjauh setelah mengetahui dirinya bagian dari tim pemakaman Covid-19. Namun, seiring berjalannya waktu, pandangan miring itu mulai berkurang.

"Mereka takut pasti ada. Kami jaga jarak juga kok. Warga sekarang enggak takut kalau ketemu kami. Mereka kan otomatis melihat keluarga kami, dan alhamdulillah sehat," tutupnya. (*/dad/dra/k8/bersambung)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X