Saling bertukar ide serta menyampaikan pendapat, tak melulu harus di tempat formal. Sekkab Kukar Sunggono misalnya sengaja menyambangi awak media yang sedang bersantai di sebuah warung kopi.
Muhammad Rifqi, Tenggarong
USAI melaksanakan salat Asar, Sunggono tiba-tiba menghubungi ajudan. Ia meminta menyiapkan kendaraan untuk menyambangi sebuah tujuan. Bukan kantor dinas maupun rumah, melainkan salah satu warung kopi yang biasa menjadi tempat nongkrong awak media.
Kedatangan Sunggono sempat menjadi perhatian masyarakat sekitar. Berpakaian sederhana, dia lalu menyapa warga, termasuk awak media yang duduk di salah satu meja. Pertemuan kali ini nyaris tanpa janji. Ia berkelakar, kedatangannya kali ini lantaran kangen dengan awak media.
"Dulu, waktu jadi camat di Muara Badak juga sering tiba-tiba main gitar dengan warga. Di mana pun tempatnya, kalau ada waktu luang, saya mau saja kumpul-kumpul begini. Tapi tentu harus dengan protokol Covid-19," ujar Sunggono.
Pertemuan awak media kali ini tak sekedar jadi ajang ngobrol biasa. Sejumlah perkembangan pembangunan di Kukar dia sampaikan. Di sela obrolan, kritik yang disampaikan dari jurnalis, dia terima dengan baik. Sunggono menyebut, hal itu menjadi suplemen untuk kemajuan daerah.
Ditemani kopi hitam, salah satu yang menjadi topik hangat perbincangan yang disampaikan Sunggono adalah serapan anggaran yang diakuinya minim lantaran wabah Covid-19. Sebagian pegawai selama tiga bulan sempat menjalani work from home (WFH).
Rupanya, tak semua urusan bisa dikerjakan di rumah. Terlebih lagi proses pengecekan dokumen saat lelang, sehingga serapan anggaran masih di angka sekitar 22 persen.
"Tapi kita sangat optimistis itu akan terserap dengan baik. Saya sudah mendatangi tujuh OPD untuk melakukan evaluasi. Saya pengin meneliti langsung, di mana saja celah minimnya penyerapan anggaran," imbuhnya.
Obrolan selanjutnya mengarah pada sejumlah kegiatan pembangunan infrastruktur di Kukar. Salah satunya rumah sakit di Muara Badak yang sudah masuk tahap review perencanaan. Dalam APBD Perubahan, Rp 500 juta dialokasikan.
"Banyak faktor yang mendorong pemkab menyeriusi rencana pembangunan rumah sakit di sana. Ini juga berkaitan dengan keyakinan pak bupati jika Muara Badak akan terus berkembang meski tidak bergantung pada industri migas saja," rambahnya.
Satu hal penting yang menjadi prioritas Pemkab Kukar kata dia, yaitu penggalian potensi pendapatan asli daerah (PAD). Baik dari sisi sumber daya alam (SDA) maupun industri kreatif.