Optimisme Masyarakat Mulai Tumbuh, Fokus Tangani Pandeminya Dulu

- Kamis, 10 September 2020 | 00:56 WIB
Masyarakat yakin krisis ekonomi nasional akan terlewati. Perekonomian bakal kembali pulih. Salah satu indikasinya adalah naiknya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank Indonesia (BI) pada Agustus meskipun tipis. Angkanya mencapai 86,9. Sebulan sebelumnya, IKK tercatat 86,2.
Masyarakat yakin krisis ekonomi nasional akan terlewati. Perekonomian bakal kembali pulih. Salah satu indikasinya adalah naiknya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank Indonesia (BI) pada Agustus meskipun tipis. Angkanya mencapai 86,9. Sebulan sebelumnya, IKK tercatat 86,2.

JAKARTA– Masyarakat yakin krisis ekonomi nasional akan terlewati. Perekonomian bakal kembali pulih. Salah satu indikasinya adalah naiknya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank Indonesia (BI) pada Agustus meskipun tipis. Angkanya mencapai 86,9. Sebulan sebelumnya, IKK tercatat 86,2.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko menuturkan bahwa keyakinan konsumen menguat. Khususnya, pada masyarakat dengan pengeluaran Rp 2 juta–Rp 4 juta per bulan. Didorong oleh keyakinan terhadap penghasilan, ketersediaan lapangan kerja, dan pembelian barang tahan lama.

”Secara spasial membaik di delapan kota. Kenaikan tertinggi terjadi di Surabaya. Disusul Manado dan Denpasar,” kata Onny (8/9).

Kendati demikian, ekspektasi konsumen terkait kondisi perekonomian dalam enam bulan mendatang tetap lemah. Pada Agustus, angkanya hanya 118,2. Itu lebih rendah ketimbang indeks Juli yang sebesar 121,7. Bersamaan dengan itu, pertambahan kasus harian Covid-19 pada akhir Agustus mencapai 3 ribu orang per hari.  ”Akibatnya, ekspektasi penghasilan dan kegiatan usaha ke depan tidak sekuat bulan sebelumya,” beber Onny.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, kenaikan IKK belum mencerminkan tingkat keyakinan konsumsi rumah tangga. Apalagi, menurut dia, kenaikan itu ada kaitannya dengan program bantuan sosial (bansos), subsidi gaji pemerintah, serta stimulus bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan memengah (UMKM).

Rangkaian stimulus itu bisa mensubstitusi kehilangan pendapatan masyarakat menengah ke bawah selama pandemi. Namun, ada masyarakat menengah ke atas dengan pengeluaran di atas Rp 5 juta per bulan yang juga butuh perhatian. Dengan begitu, keyakinan dan konsumsi mereka ikut terkerek naik. Mengingat, kelompok tersebut menguasai 83 persen dari total konsumsi nasional.

”Nah, mereka ini belum percaya untuk belanja karena pandemi. Kedua, memang ada faktor risiko ekonomi sendiri. Jadi, mereka lebih banyak untuk saving. Bansos dan subsidi gaji tidak menyentuh kelompok itu,” bebernya.

Sementara itu, ekonom Bank Permata Josua Pardede berpendapat bahwa tingkat konsumsi masyarakat masih lemah. Penyaluran anggaran perlindungan sosial yang diharapkan mendorong konsumsi masyarakat prasejahtera malah kontribusinya rendah. Apalagi, masyarakat kelas menengah atas cenderung menunda belanja akibat meningkatnya kasus Covid-19.

”Yang notabene penghasilannya tidak terganggu cenderung menahan belanja karena khawatir terhadap persebaran virus,” terang Josua.

Terbukti, tren laju uang kuasi, khususnya simpanan berjangka (rupiah dan valas), yang meningkat dari 5,8 persen menjadi 8,5 persen year-on-year (YoY). Hal tersebut terkonfirmasi oleh data Lembaga Penjamin Simpanan terkait distribusi simpanan bank umum dengan deposito tumbuh 6,3 persen YoY.

Dia berharap, pemerintah tetap berfokus mengendalikan kasus Covid-19. Menerapkan sanksi agar disiplin mematuhi protokol kesehatan. Dengan begitu, mampu menurunkan kurva kasus yang nantinya memberikan kenyamanan bagi masyarakat secara umum. ”Sehingga mereka yang memiliki uang mau melakukan konsumsi dan mempercepat pemulihan ekonomi,” tandas Josua. (han/c13/hep) 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Eksistensi Usaha Minimarket Kian Tumbuh

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20 WIB

Harga Daging Sapi di Kutai Barat Turun

Sabtu, 27 April 2024 | 10:00 WIB

BI Proyeksikan Rupiah Menguat di Kuartal III

Sabtu, 27 April 2024 | 09:01 WIB

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB
X