LONDON– Pengadilan Kriminal Pusat London, Inggris, disatroni massa kemarin (7/9). Mereka datang untuk memberikan dukungan moral kepada Julian Assange. Pendiri WikiLeaks itu kembali menjalani sidang ekstradisi atas permintaan pemerintah AS.
Salah satu yang ikut dalam aksi solidaritas tersebut adalah desainer mode Vivienne Westwood. Dia menuturkan bahwa sosok yang dikenal membocorkan rahasia negara itu tidak pantas diperlakukan sebagai penjahat. ”Dia justru merupakan sosok yang membuka semua kejahatan di dunia ini,” ungkapnya kepada Agence France-Presse.
Sidang yang dipimpin hakim distrik Vanessa Baraitser itu akhirnya kembali berjalan setelah sekian lama. Akibat pandemi Covid-19, pengadilan menunda proses peradilan yang seharusnya dilakukan pada April. Jumlah pengunjung sidang juga dibatasi dengan menerapkan social distancing.
Meski sidang tertunda lima bulan lamanya, simpatisan dari pria asal Australia tersebut tetap gigih memberi dukungan di depan Old Bailey, julukan gedung pengadilan kriminal pusat. Sebagian publik dan lembaga HAM menganggap Assange berada dalam bahaya jika dikirim ke AS. Assange diincar AS karena WikiLeaks menyebarkan 500 ribu dokumen kejahatan perang militer AS di Timur Tengah.
Di Negeri Paman Sam, pengadilan sudah menjatuhkan 18 dakwaan kepada Assange. Sebanyak 17 dakwaan di antaranya adalah dakwaan kejahatan spionase. Jika diputus bersalah, pria 49 tahun itu bisa terkena hukuman penjara hingga 175 tahun. ”Bagi Julian, ekstradisi sama dengan hukuman mati,” ujar Stella Moris, kekasih sekaligus ibu dari dua anak Assange.
Sebelumnya, Moris mengajukan petisi kepada Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. Menurut dia, Assange diperlakukan dengan tidak manusiawi di Belmarsh. Dia khawatir tekanan psikologis di tahanan bisa membuat Assange bunuh diri.
”Saya baru bisa bicara dengan Julian dua minggu lalu. Petugas pun melarang saya menyentuh dia,” jelas Moris sebagaimana yang dilansir NBC. (bil/c14/bay)
