Tolak Bayar Denda, Pilih Jalur Hukum

- Kamis, 10 September 2020 | 00:37 WIB
-
-

HONGKONG – Namanya Pamela. Usianya baru 12 tahun. Namun, gadis kecil yang bahkan belum memiliki hak suara dalam pemilu itu harus merasakan perihnya mempertahankan demokrasi di Hongkong. Dia ditahan saat berjalan untuk membeli peralatan sekolah. Video penangkapannya kini viral. Sebab, polisi melakukan tindak kekerasan saat menangkap Pamela.

Dalam video yang diunggah The Guardian, tampak Pamela berjalan dengan kakaknya, Steven, di trotoar Mongkok. Saat itu banyak polisi yang berjaga di jalan karena ada aksi turun ke jalan untuk menentang diundurnya jadwal pemilu parlemen. Mereka menyuruh dua bersaudara itu berhenti dan diam. ’’Saya takut. Mereka menyuruh kami diam. Tapi, saya panik dan lari,’’ ujar Pamela saat diwawancarai i-Cable.

Saat itulah seorang polisi antihuru-hara menghentikan langkahnya dengan tongkat dan melumpuhkannya ke tanah. Beberapa polisi lainnya membantu. Jurnalis dan orang-orang di sekitar lokasi diminta menyingkir. Steven berusaha membantu adiknya, tetapi ikut dilumpuhkan ke tanah. Mereka berdua kini dirawat di Kwong Wah Hospital dengan luka ringan.

Mereka tidak lolos begitu saja. Polisi memberi surat denda yang menyatakan telah melanggar aturan jaga jarak. Yakni, dilarang berkumpul lebih dari dua orang. Ibu Pamela tidak bisa menerima. Menurut dia, anaknya tidak bersalah karena tidak ikut aksi massa dan hanya membeli peralatan seni untuk tugas sekolah. Mereka menolak membayar denda dan memilih bertarung di pengadilan.

 

Gara-gara video viral tersebut, polisi Hongkong menuai kecaman. Dulu polisi Hongkong terkenal sebagai salah satu yang terbaik dan tersabar. Namun, gambaran itu tercoreng belakangan ini. Terutama sejak Tiongkok berupaya mengendalikan wilayah otonomi khusus tersebut. Dalam salah satu jajak pendapat, dukungan penduduk untuk polisi turun drastis. Pada 2017, polisi mendapat dukungan 66,9 persen, sedangkan tahun ini hanya 36,8 persen.

Dalam pembelaannya, kepolisian mengungkapkan bahwa saat itu pihaknya menghentikan pejalan kaki untuk melakukan pencarian massa yang terlibat aksi demonstrasi. Gadis itu ditangkap karena cara larinya mencurigakan. Polisi beralasan hanya menggunakan kekuatan minimal saat menangkap.

’’Kami khawatir dengan remaja yang berpartisipasi dalam kegiatan berkumpul ilegal yang bisa membahayakan keselamatan mereka sendiri,’’ bunyi pernyataan kepolisian sebagaimana dikutip BBC.

Ini bukan kejadian pertama. Sudah beberapa kali remaja 12–15 tahun ditangkap saat polisi mengamankan demo.

Pada hari yang sama, ada 289 demonstran prodemokrasi yang ditahan polisi. Aksi yang tidak mendapatkan izin itu berujung ricuh. Massa menolak dibubarkan. Mereka menolak keputusan pemerintah yang memundurkan jadwal pemilu parlemen hingga satu tahun. Ada dugaan langkah tersebut diambil untuk melemahkan momentum dukungan yang didapatkan oposisi saat ini.

Bukan hanya itu, kandidat yang diusung oposisi juga ditolak. Mayoritas yang tidak mendapatkan tiket tersebut adalah aktivis yang getol mengkritik pemerintah. Salah satunya adalah Joshua Wong. (sha/c14/bay) 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X