Sistem belajar dari rumah jelas beda dengan tatap muka langsung. Maka perlu penyiasatan agar siswa mudah memahami. Di antaranya, guru jangan terlalu banyak memberi tugas pelajaran.
PENAJAM–Pembelajaran dalam jaringan (daring) cenderung dikeluhkan siswa dan orangtua. Pasalnya, ketika ada tugas yang diberikan guru dan wajib dikumpulkan, tapi di lain sisi tidak ada proses penjelasan terkait mata pelajaran tertentu. Sehingga murid cenderung diberatkan dengan sistem daring yang saat ini berlaku.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) PPU Alimuddin menjelaskan, pada masa pandemi seperti sekarang kurikulum darurat berlaku. Sejatinya tidak ada yang berubah dari rencana pembelajaran semula. Namun, beban tugas siswa dikurangi. "Harusnya tidak ada lagi sekolah yang hanya memberikan tugas dan tugas," jelas Alimuddin.
Pun bila ada tugas untuk siswa, ditegaskan Alimuddin, tidak boleh terlalu berat. Yang penting semangat siswa untuk tetap belajar tetap tersulut, walau tidak lagi sekolah dengan tatap muka langsung. "Soal adanya masih ada guru yang memberikan beban tugas berat ke siswa akan kita evaluasi. Karena memang perubahan perlu proses dan perbaikan untuk bisa baik," sambungnya.
Pihaknya juga akan menjaring 30 kepala sekolah untuk melaksanakan Diklat tentang supervisi IT. "Harapannya bisa ditularkan kepada guru-guru di sekolah masing-masing,” ujar Alimuddin.
“Karena saat ini, gugus tugas sekolah masing-masing melaksanakan in house training baik negeri
maupun swasta," sambung pria yang juga menjabat pelaksana tugas Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) itu. (asp/ind/k8)