Kinerja Oke Investasi di Kaltim Tetap Terjaga

- Rabu, 9 September 2020 | 11:41 WIB
Berjalannya proyek strategis di Kaltim seperti Jembatan Pulau Balang menjadi tumpuan kinerja investasi di Kaltim triwulan III.
Berjalannya proyek strategis di Kaltim seperti Jembatan Pulau Balang menjadi tumpuan kinerja investasi di Kaltim triwulan III.

Berjalannya proyek strategis di Kaltim seperti Jembatan Pulau Balang menjadi tumpuan kinerja investasi di Kaltim triwulan III. Sebab investor yang ingin masuk ke Bumi Etam sebagian besar mengarah ke perkebunan kelapa sawit dan pertambangan. Sehingga dana yang masuk bertahap.

 

SAMARINDA- Kinerja investasi Kaltim pada triwulan III diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya seiring berlanjutnya beberapa proyek strategis Kaltim. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltim mencatat, investasi Kaltim pada triwulan II 2020 tumbuh 0,79 persen (year on year/yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I sebesar 0,60 persen (yoy).

Dengan pangsa sebesar 30,79 persen dari PDRB Kaltim, investasi berkontribusi sebesar 0,20 persen terhadap ekonomi Kaltim pada triwulan II 2020. Peningkatan tersebut umumnya bersumber dari berlanjutnya proyek strategis Kaltim seperti jembatan pulau balang dan kilang minyak RDMP RU V Balikpapan.

Hingga Juli 2020, realisasi proyek Jembatan Pulau Balang telah mencapai 88,06 persen atau lebih tinggi dari rencana yang mencapai 86,24 persen. Serta proyek refinery development master plan (RDMP) RU V Balikpapan yang telah terealisasi sebesar 18 persen, lebih tinggi dibandingkan targetnya sebesar 11,02 persen.

Wakil Ketua Umum Bidang Investasi Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Kaltim Alexander Soemarno mengatakan, kinerja investasi pasti baik meski masih diselimuti penyebaran virus Covid-19. Sebab catatan di DPMPTSP, nilai investasi yang masuk masih berdasarkan izin yang diajukan. Belum realisasi uang masuk. Kebanyakan investasi yang masuk berasal dari pertambangan dan perkebunan.

“Sebagai contoh, jika ada izin masuk pertambangan dengan nilai Rp 100 miliar. Jika izin keluar, langsung masuk catatan nilai investasinya. Tapi, bukan berarti uang Rp 100 miliar langsung masuk ke Kaltim,” katanya, Selasa (8/9).

Dia menjelaskan, hal itu karena kebanyakan investasi yang masuk merupakan pertambangan dan perkebunan. Sehingga angkanya hanya sesuai izin yang keluar. Padahal untuk menjalankan nilai investasi dari izin tersebut membutuhkan waktu. Berbeda jika izin yang masuk itu industri, semua nilai investasi secara langsung akan mengalir ke Kaltim.

Jika investasi masih pertambangan dan perkebunan, atau izin lahan lainnya, uang investasi yang masuk akan bertahap. Mulai dari pembukaan lahan hingga menanam, atau menggali dan sebagainya. “Sehingga nilainya tidak langsung segitu, nilai investasi baru sebatas angka saja belum realisasi uang masuk,” jelasnya.

Menurutnya, wajar jika nilai investasi masih tumbuh. Sebab, saat ini peminat pertambangan dan kelapa sawit masih banyak. Sementara sektor manufaktur belum ada. Untuk membuat pabrik dan sebagainya di Kaltim memang masih susah. Karena seluruh investasi yang masuk baru sebatas perizinan belum nilai investasi yang masuk, maka realisasi investasi itu yang harus dipantau.

Sebab, jika pertambangan atau perkebunan biasanya tahun ini bikin izin tahun kemudian baru mulai kerja. Mulai matangkan lahan dan sebagainya, sehingga uang yang masuk Kaltim juga bertahap. “Jika ini tidak dipantau, jumlah uang yang masuk saat proses pekerjaan tadi bisa terganggu. Tapi kalau secara catatan masuk, pasti masih akan tumbuh baik,” pungkasnya.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyampaikan, realisasi investasi pada kuartal III kemungkinan besar lebih baik ketimbang kuartal II. Sebagaimana diketahui, pada kuartal II tahun ini investasi cukup seret terimbas pandemi Covid-19. “Realisasi investasi kuartal III saya ingin pastikan, insyaallah lebih baik atau terjadi peningkatan dibanding kuartal II. Tunggu sebulan lagi ya,” katanya.

Meski tidak menyebut angka pasti karena penghitungan baru akan berakhir pada akhir September ini, namun Bahlil melihat ada perbaikan pada beberapa indikator. Berdasarkan data BKPM, arus barang modal, bahan baku, dan mesin yang difasilitasi lembaga itu menunjukkan tren pertumbuhan. Begitu pula terkait arus investasinya. “Maka dengan pertumbuhan yang ada, pertumbuhan (realisasi investasi) lebih baik dari kuartal,” katanya.

Meski pandemi Covid-19 masih berlangsung, Bahlil tetap optimistis target investasi masih bisa tercapai hingga akhir tahun. Sebagai informasi, pada tahun ini pemerintah menargetkan investasi sebesar Rp 817,2 triliun.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X