WHO Sindir Rusia soal Vaksin yang Belum Aman

- Senin, 7 September 2020 | 13:47 WIB
ilustrasi
ilustrasi

VAKSIN virus corona yang ditemukan Rusia diklaim menghasilkan respons antibodi pada semua peserta dalam dua uji coba tahap awal. Hasil awal itu diterbitkan oleh The Lancet

Vaksin itu semula diragukan karena tidak melalui fase penelitian sesuai prosesnya. Beberapa pakar kesehatan memperingatkan agar tidak menggunakan vaksin ‘Sputnik V’ tersebut. Sebab, peneliti belum menyelesaikan uji coba fase ketiga, yang melibatkan pengujian skala luas dengan ribuan peserta. 

Menanggapi klaim tersebut, Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, mereka tidak akan merekomendasikan vaksin Covid-19 apa pun sebelum terbukti aman dan efektif. Bahkan ketika Rusia dan Tiongkok telah mulai menggunakan vaksin eksperimental mereka sebelum studi besar selesai termasuk uji coba di negara lain. 

Pada konferensi pers pada hari Jumat, (4/9), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan sejumlah vaksin telah berhasil digunakan selama beberapa dekade. Di antaranya untuk pemberantasan cacar dan polio. Namun, itu semua sudah melewati tahap aman. 

“Saya ingin meyakinkan publik bahwa WHO tidak akan mendukung vaksin yang tidak efektif dan aman,” kata Tedros seperti dilansir Inquirer, Minggu (6/9). 

Dia mengatakan, vaksin Ebola yang baru dikembangkan membantu mengakhiri wabah Ebola baru-baru ini di Kongo. Dan mencatat bahwa menghentikan virus mematikan itu diperumit oleh lusinan kelompok bersenjata yang beroperasi di wilayah tersebut. 

Sementara itu, Tedros juga tak mendukung masyarakat yang menolak vaksin. Tedros mengimbau masyarakat yang menentang vaksinasi untuk melakukan penelitian sendiri.

“Gerakan anti-vaksin, mereka bisa membangun narasi untuk melawan vaksin tetapi rekam jejak vaksin menceritakan kisahnya sendiri dan masyarakat tidak perlu ragu,” katanya.

Dia meminta para orangtua khususnya membuktikan sendiri bahwa anak-anak mereka bisa selamat dari berbagai penyakit usai diimunisasi. “Mereka dapat melihat sendiri bagaimana dunia sebenarnya menggunakan vaksin untuk mengurangi kematian balita untuk menyelamatkan anak-anak,” jelasnya. 

Rusia menjadi negara pertama di dunia yang menyetujui vaksin Covid-19 pada Agustus setelah melisensikan suntikan yang baru diuji pada beberapa lusin orang. Pada hari Jumat (4/9), para ilmuwan Rusia menerbitkan data dari studi awal yang menunjukkan bahwa vaksin mereka aman dan memicu respons antibodi, tetapi hasilnya terbatas. Para ahli mengatakan suntikan itu belum terbukti berhasil. 

Vaksin Rusia, yang dikenal sebagai Sputnik V, sekarang sedang diuji pada sekitar 40 ribu orang dan ditawarkan secara paralel kepada pekerja garda terdepan seperti dokter dan guru. Di antara mereka yang menerima vaksin itu adalah salah satu putri Presiden Vladimir Putin dan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu. (JPC/rdh/k15)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X