Pilkada di 9 Kabupaten Kota di Kaltim, Kaderisasi Parpol Gagal

- Senin, 31 Agustus 2020 | 16:00 WIB

SAMARINDA–Pilkada Serentak 2020 bakal tersaji pada 9 Desember mendatang. Salah satu tahapan krusial, penuh teka-teki dan mengejutkan pada menit-menit akhir, adalah jelang pendaftaran ke KPU pada 4–6 September mendatang. Di Kaltim, minus Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), ada sembilan kabupaten/kota yang menghelat pesta demokrasi lima tahunan ini.

Sejauh ini, partai yang memiliki kursi parlemen pun sudah merilis kandidat yang bakal diusung untuk unjuk gigi berlaga, hingga memadu potensi agar dicoblos dari bilik suara. Pun demikian dengan jalur perseorangan yang jelas tak ingin ketinggalan. Tiga daerah berhasil menghadirkan bakal pasangan calon dari jalur non-partai. Yakni, Samarinda dengan Zairin Zain-Sarwono, di Paser ada Toni Budi Hartono-Aji Sayid Fathur Rahman, dan Kubar dengan Martinus Herman Kenton-Abdul Aziz.

Semua figur bersiap jelang pendaftaran bakal calon pasangan yang dibuka KPU, Jumat nanti. Dari semua kemeriahan dinamika politik jelang pilkada se-Kaltim, ada tiga dinamika sentris yang cukup menarik perhatian publik. Pertama, bersilang harmonis pasangan yang dalam pilkada sebelumnya bergandengan maju, kini saling berseberangan. Seperti di Bontang dan Berau. Neni Moernaeni selaku wali kota Bontang saat ini, melawan Basri Rase, wakilnya.

Sementara itu, Bupati Berau Muharram melawan wakilnya, Agus Tantomo. Kedua, keberadaan petahana dan politikus jalur birokrasi. Terakhir, bayang-bayang berlaga melawan kotak kosong yang terjadi di Balikpapan dan Kukar imbas dari sikap keroyokan partai mengusung satu paslon. Lutfi Wahyudi, pengamat politik asal Universitas Mulawarman (Unmul) punya pandangan akan dinamika politik tersebut.

Kompetisi untuk merebut kekuasaan akan selalu ada. Demokrasi mengizinkan bahkan memberi ruang perebutan kekuasan lewat pemilu. Duet yang semula harmonis dan mulus duduk di singgasana bisa seketika bercerai jika kepentingan yang diusung tak lagi sejalan. “Ambisi yang meninggi turut jadi bumbu,” ucap Lutfi Wahyudi diwawancarai media ini, kemarin (30/8).

Gengsi politik yang tinggi ajek muncul dari sisi wakil. Lima tahun berduet dan menilai diri sudah cukup mumpuni akhirnya mencoba peruntungan untuk berseberangan. Namun, ada banyak faktor yang memantik friksi tersebut. Dari tawar-menawar yang tak sesuai, perubahan komposisi kekuatan partai pengusung, hingga keharmonisan dua figur yang diduetkan selama memimpin.

Untuk Pilkada Bontang misalnya, head to head Neni Moernaeni-Joni Muslim dan Adi Dharma-Basri Rase, menurut dia jelas menyajikan dinamika politik yang mengencang. Terlebih, kedua figur bakal calon wali kota yang bakal bertarung sama-sama pernah memimpin. “Peluang Neni lebih besar karena petahana,” sambungnya. Potensi petahana dalam meraup suara masih lebih besar mengingat mereka memiliki peluang abuse power dengan mengotak-atik birokrasi. Terlebih, petahana pun lebih mudah dinilai elektabilitasnya karena telah membuktikan program yang disusun sebelumnya.

Namun semua itu, sambung dia, masih bisa tergeser mengingat budaya politik masyarakat di Indonesia cenderung menilai jangka pendek, belum jangka panjang membentuk partisipan politik. “Masih melihat identitas berdasarkan referensi sendiri. Yang baik itu berdasarkan penilaian subjektif. Belum melihat utuh seperti apa program yang diusung,” tuturnya.

Lutfi menyoroti begitu kentaranya peluang kotak kosong hadir di Pilkada Balikpapan dan Kukar.

Di Balikpapan, menurut dia, potensi pertarungan melawan kotak kosong hadir lantaran tak ada lawan yang sekaliber dengan kandidat yang tengah bersiap maju, Rahmad Mas’ud-Thohari Aziz. “Seperti beda kelas. Kelas berat tentu tak cocok melawan kelas bulu,” nilainya. Hal berbeda menurut dia terjadi di Pilkada Kukar. Sikap partai politik yang mengarahkan dukungan ke satu figur, yakni Edy Damansyah, justru memberi kesan partai keburu loyo sebelum peluit laga dibunyikan.

Padahal, sejak era Syaukani Hasan Rais, Kukar selalu menyajikan banyak figur yang siap diadu. Di periode pertama Rita Widyasari pun menunjukkan kualitas tokoh yang berlaga. Ketimpangan secara positif memang terlihat jelas diperiode kedua. Karena sosok Rita cukup mendominasi mengukuhkan kuasa. “Saat ini partai malah takzim duluan ke petahana tanpa daya upaya untuk bertarung,” katanya. Kegagalan partai politik dalam mengaderisasi, menurut dia, jadi bukti konkret hadirnya ketimpangan yang ada dalam pilkada se-Kaltim kali ini.

Tak banyaknya bermunculan kader berkompeten berujung sedikitnya pilihan dan berakhir dengan sikap politik keroyokan mengusung satu figur. “Ujung-ujungnya sikap politik yang ditunjukkan seperti main hompimpa,” tuturnya. Klaim kaderisasi berjalan dengan menilik jumlah kader yang duduk di parlemen jelas dua hal yang berbeda. Perebutan kursi legislatif dengan perebutan kursi eksekutif tak bisa disamakan.

Partai gaek sekelas Golkar misalnya. Masih tertatih-tatih memilih sosok yang diusung. Meski akhirnya memplot kadernya sendiri maju dalam beberapa pilkada se-Kaltim. Nasib yang sama juga hadir dari partai yang lahir pada era reformasi. Minim kaderisasi dan ajek menampung politikus kutu loncat. “Kaltim memang kekurangan politikus yang bertipikal one man club sekaliber Makmur HAPK,” ulasnya.

Dalam rapat pekan lalu dengan seluruh KPU se-Indonesia, anggota KPU RI Hasyim Asy’ari mengatakan, pendaftaran hanya dibuka tiga hari. Sehingga bakal pasangan calon harus cermat dan memahami aturan syarat calon dan syarat pencalonan. “Sementara itu, waktu penutupan pendaftaran, yang benar adalah 6 September pukul 24.00 waktu setempat,” tutur Hasyim. Setelah proses pendataran ditutup, KPU akan melakukan verifikasi terhadap pihak yang mendaftar sebagai calon kepala daerah. Tahapan ini dilaksanakan hingga 22 September. Sepanjang proses itu, KPU akan mengumumkan dokumen data diri para pasangan calon. Para pasangan calon yang sudah mendaftar akan diperiksa kesehatannya pada 4–11 September. Adapun pengumuman hasil pemeriksaan kesehatan dijadwalkan pada 11–12 September.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X