Cerita di Balik Sepeda Lipat Kreuz, si ’’Brompton dari Indonesia”

- Rabu, 26 Agustus 2020 | 14:32 WIB
Presiden dengan sepeda Kreuz. (Capture IG Jokowi dan Yudi Yudiantara for Jawa Pos)
Presiden dengan sepeda Kreuz. (Capture IG Jokowi dan Yudi Yudiantara for Jawa Pos)

Kreuz bermula dari tas aksesori sepeda dan keinginan yang tak sampai. Sehari bisa menerima 300 pesanan, padahal baru mampu memproduksi 15 unit sebulan.

 

M. HILMI SETIAWAN, Jakarta, Jawa Pos

 

PESAN yang masuk ke ponselnya itu membuat Yudi Yudiantara terkejut, senang, tapi sekaligus juga bingung. Betapa tidak, si pengirim pesan lewat WhatsApp itu mengaku sebagai sekretaris pribadi (Sespri) Presiden Joko Widodo. ’’Ini masak presiden yang pesen,” kata Yudi menceritakan kebingungannya setelah menerima pesan tiga bulan lalu itu.

Pesan yang dimaksud adalah pesan sepeda. Bersama partnernya, Juju Junaedi, Yudi adalah penggagas sepeda lipat Kreuz. Semuanya baru klir beberapa hari kemudian. Yudi diundang ke Istana Bogor, tempat Presiden Jokowi tinggal, untuk bertemu langsung dengan presiden ke-7 Indonesia tersebut.

-

 

Setelah berdiskusi, khususnya terkait warna, akhirnya Yudi sepakat menerima pesanan dari Jokowi itu. Tiga hari sebelum perayaan Kemerdekaan Ke-75 Indonesia, sepeda pesanan Jokowi sudah diselesaikan dan dikirim ke Bogor. Ada dua unit sepeda Kreuz yang dipesan Jokowi. Yang pertama, bagian depan berwarna putih dan belakang berwarna merah. Untuk sepeda satunya lagi, warnanya merah di bagian depan dan putih di belakang.

Bersama dua sepeda lain merek Polygon dan Element, lewat akun Instagram resminya, Jokowi memperkenalkan sepeda pesanannya itu sehari sebelum memimpin peringatan HUT Ke-75 Kemerdekaan Indonesia. Sekaligus menjajalnya untuk gowes pada Minggu pagi (16/8) di Kebun Raya Bogor.

Cerita Kreuz bermula dari tas aksesori sepeda dengan merek Pannier. Yudi mulai memproduksi tas tersebut pada 2018. Awal 2019 dia melakukan touring ke Gunung Bromo, Jawa Timur, dengan menggunakan tas tersebut. Hasilnya, teruji cukup kuat.

Nah, pada Oktober 2019, ada festival yang pesertanya banyak pengguna Brompton. Sudah lama Yudi ingin memajang tas produknya itu di sepeda merek tersebut. Tapi, apa daya, dompet tak sampai. ’’Boro-boro beli Brompton. Mahal,” tuturnya kepada Jawa Pos (16/8).

Dari keinginan yang tak sampai itu, Yudi bersama Juju berinisiatif membuat replika sepeda lipat menyerupai Brompton. Tujuan awalnya sama: untuk memajang tas Pannier tadi. Pada awal 2020 prototipe sepeda buatan tangan itu pun jadi. Maret produksi dimulai. Yudi menuturkan, awal membuka pemesanan, ada delapan order yang masuk.

Lalu, popularitas Kreuz terus menanjak. Orang-orang menyebutnya ’’Brompton dari Indonesia” dengan harga yang lebih terjangkau. Menurut Yudi sekitar Rp 10–25 juta.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X