Pelihara Musang, Ubah Musuh Jadi Kawan

- Sabtu, 22 Agustus 2020 | 11:35 WIB
KALEM: Musang juga bisa kalem. Meski dikenal sebagai hewan liar, jika diasuh dengan baik, tentu bisa berkawan dengan manusia.
KALEM: Musang juga bisa kalem. Meski dikenal sebagai hewan liar, jika diasuh dengan baik, tentu bisa berkawan dengan manusia.

Ubah Musuh Jadi Kawan

DIANGGAP sebagai hama, pemangsa ternak hingga pencuri buah. Musang kerap dianggap sebagai musuh manusia. Namun, Sudiyono melihat musang dari sudut pandang lain. Hewan liar itu bisa dijadikan peliharaan dan “keluarga”.

Secara umum ada tiga jenis yang lazim dipelihara, yakni musang akar, pandan, dan bulan. Pada beberapa jenis lain, Sudi, sapaan karib Sudiyono menyebutnya jenis eksotik. Ada pula yang dilindungi seperti binturong, merupakan jenis musang terbesar. Peringkat kedua soal postur tubuh diduduki musang bulan.

Memelihara sejak 2012, Sudi memiliki empat ekor. Dua di antaranya jenis akar, lalu bulan dan rase. Jenis musang karnivora dengan tubuh ramping. Bicara pengembangbiakan atau breeding, di Samarinda terbilang cukup jarang. Masih bisa dihitung jari.

“Agak sulit. Sebab pada beberapa karakter musang kurang cocok. Dan bahkan ketika ada anaknya, bisa langsung dibunuh sama indukan jantannya. Bahkan, betina juga bisa ikut ngebunuh anaknya,” jelas pria yang juga menjabat sebagai ketua Bubuhan Musang Samarinda (Bungas).

Sebab itu, saat proses breeding berhasil. Si anakan harus segera dipisahkan. Sebab, secara alamiah, pejantan ingin selalu kawin. Sehingga caranya dengan membunuh anak agar betina siap dibuahi kembali.

Begitu pula saat si anakan misal dipegang manusia, saat dikembalikan ke indukan untuk disusui bisa jadi langsung dibunuh induknya. “Sudah bau manusia kan anaknya, jadi ya dibunuh. Makanya dirawat seperti bayi, diberi dot, diberi makan sampai melek sendiri matanya. Ya susah-susah gampang,” ujarnya.

Karena itu, mereka yang tertarik pelihara musang di Samarinda masih mengandalkan dari luar daerah. Khusus dari Banjarmasin yang habitat alamnya masih cukup banyak. “Harga anakan mulai Rp 200 ribu untuk musang akar sampai Rp 2,5 jutaan untuk bulan,” lanjut pria kelahiran 1981 itu.

Salah satu musang milik Sudi bernama Joni, pejantan jenis musang akar. Dengan perawatan tepat, usianya kini menginjak 7 tahun. Merupakan musang favorit hampir semua yang mengenalnya.

Karakternya kalem dan sangat jinak. Suka digendong dan dipangku. Dengan siapa saja ramah. Sehingga berpindah tangan pun dia tak masalah. Tak seperti beberapa musang yang hanya menurut pada pemiliknya saja.

“Jadi sekitar 2016, si Joni ini dibawa teman untuk expo di Sempaja. Ternyata langsung ditawar cash Rp 17 juta sama pengunjung di sana. Wah itu kalau saya di sana, langsung saya iyakan,” kata Sudi lalu tertawa.

Disinggung mengenai peluang breeding musang dari sisi bisnis, Sudi mengatakan, dia dan komunitasnya fokus pada pelestarian. Sehingga saat ada anakan yang berhasil lahir, minimal satu di antaranya harus dirilis ke alam.

Cerita serupa datang dari Erwanti, pemilik sepasang musang bulan. Hewan peliharaannya itu pernah ditawar Rp 15 juta. Namun, dia menganggap mamalia itu sebagai anaknya. “Enggak saya iyakan. Bahkan kalau kami mudik misal, si Bul-bul ini juga kami ajak naik mobil ke Tarakan,” katanya menunjuk musang betina yang dia gendong.

Lebih kalem dan penurut, beda cerita dengan musang bulan jantan miliknya, Pam-pam. Setidaknya sudah tujuh kali berpindah tangan. Karakternya aktif dan nakal menurut Erwanti. “Jadi kalau dia dilepas, kadang bisa ngejar orang lewat,” kata perempuan 47 tahun itu.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X