Dari Hobi, Kini Terus Mengedukasi

- Sabtu, 22 Agustus 2020 | 11:30 WIB
DARI HOBI: Sejak 2013 merawat kucing, Anton Hui menilai masih belum banyak pilihan pet shop di Samarinda. Ada peluang, dia pun kini memiliki dua toko pet shop.
DARI HOBI: Sejak 2013 merawat kucing, Anton Hui menilai masih belum banyak pilihan pet shop di Samarinda. Ada peluang, dia pun kini memiliki dua toko pet shop.

Tujuh tahun lalu, Anton Hui mulai jatuh cinta dengan kucing. Rasa penasarannya tinggi terhadap hewan berkaki empat itu. Lambat laun, dia semakin menyelami dunia kucing. Mendirikan usaha berawal hobi, kini menghasilkan pundi-pundi.

 

BERDASARKAN pengalaman yang masih sulit mencari pakan kucing, Anton melihat peluang. “Tempatnya kurang banyak. Semakin tahun juga pencinta kucing malah makin banyak,” jelas Anton ditemui di Coco Pet Shop, Jalan M Said Samarinda.

Hingga pada 2017, dia mendirikan usaha pet shop sekaligus pet care. Melayani grooming khususnya. Dua tahun berjalan, dia membuka cabang di Jalan Pattimura, Samarinda Seberang. “Sekitar September 2019 baru buka klinik, ada dokter hewannya,” ujarnya.

Dikisahkan, awal membuka usaha pakan hewan dia tak muluk mengharapkan yang membeli warga sekitar. Anton mengharapkan media sosial khususnya facebook saat itu. Rajin promosi, sembari mengunggah tentang dunia kucing.

Sehingga dikenal dari dulu hingga kini, menjadi pet shop yang rajin memberi edukasi kepada pengikutnya. Mulai kesehatan kucing, perawatan, hingga melayani konsultasi online.

Sebab hal itu juga berangkat dari pengalaman pribadi. “Awalnya suka kucing kan memang karena istri pelihara doang, itu pas masih zaman pacaran. Tapi kurang telaten, akhirnya saya cari tahu bagaimana merawatnya dan wah ternyata seru dunia kucing,” ungkap Anton.

Sebagian besar orang memelihara kucing autodidak dan berdasarkan pengalaman. Selama aktif mengikuti media sosial komunitas kucing, sering ditemui berbagai owner yang mengeluhkan kondisi kucing.

“Misal kucing saya lemas nih, apa ya obatnya. Nah orang banyak komentar kasih madu sampai kasih kuning telur. Padahal harus ditelusuri dulu, gejala lemasnya bagaimana, baru tahu obatnya,” ujar Anton.

“Lagipula kondisi kucing enggak semua sama. Karena pengalaman itu, semakin ke sini jadi semakin tahu bahwa pengalaman orang itu enggak semua baik untuk kucing. Itu yang jadi alasan kami terus edukasi,” imbuh sang istri, Rahma.

Sebab beberapa orang turut mengeluhkan hal itu. Mengikuti saran berbagai orang, namun berujung naas bagi peliharaan mereka. Bukannya sembuh malah tambah parah. “Sampai saat ini kami juga masih terus belajar bagaimana perawatan kucing,” kata Anton.

Kini mereka memiliki setidaknya delapan ekor kucing ras, empat di antaranya jenis mainecoon. Merupakan salah satu ras kucing asal Maine, Amerika Serikat. Dengan postur tubuh “raksasa” dan panjang.

“Untuk biaya adopsi mainecoon non-pedigree (tanpa sertifikat) itu kisaran Rp 4-6 juta. Dan untuk mainecoon pedigree kisaran Rp 8-35 juta. Jadi memang kalau dilihat orang itu terbagi dua, selera dan kualitas. Kalau kualitas jelas keturunannya, kalau selera yang setiap orang beda-beda,” beber Rahma.

Nah, kini mereka pun mengembangbiakkan ras tersebut, sudah setahun terakhir. Sebab diakui Anton, dia cukup mengidolakan si kucing yang diklaim ramah terhadap manusia itu. Selain itu, penggemarnya juga cukup ramai.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X