D100 Beri Kepastian Pasar Domestik

- Kamis, 20 Agustus 2020 | 12:38 WIB
Program D100 diharapkan mampu menjawab kepastian pasar CPO nasional atau dari Bumi Etam.
Program D100 diharapkan mampu menjawab kepastian pasar CPO nasional atau dari Bumi Etam.

Program D100 diharapkan mampu menjawab kepastian pasar CPO nasional atau dari Bumi Etam.

BALIKPAPAN- Percepatan serapan crude palm oil (CPO) dalam negeri lewat program mandatori biodiesel atau pencampuran solar dengan biodiesel benar-benar dinantikan oleh pengusaha kelapa sawit. Bagaimana tidak, program ini diyakini bakal menjadi sumber ketahanan energi nasional dan menjadi tumpuan utama penjualan CPO selain ekspor.

Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Azmal Ridwan mengatakan, tambahan kebutuhan di dalam negeri akan membuat harga sawit meningkat. Jadi tidak perlu lagi melihat pasar ekspor dan berharap harga dunia yang fluktuatif.

"Analisis saya itu jika ekspor kita di bawah 50 persen, maka yang menentukan harga CPO dunia adalah Indonesia. Sekarang kita masih bergantung pada ekspor. Nanti kita yang menentukan harga," katanya, Rabu (19/8).

Azmal menyebutkan, pengusaha menyambut positif program Pertamina yang berhasil membuat D100. Dengan adanya D100, konsumsi solar dapat digantikan dengan produk nabati yang lebih menguntungkan produsen sawit dalam negeri. "Program D100 sudah pasti berdampak positif untuk industri sawit secara keseluruhan, hanya perlu didetailkan peta jalannya (roadmap)," imbuhnya.

Diakuinya, saat ini perusahaan sawit Indonesia lebih banyak mengekspor CPO. Pasalnya, komoditas ini lebih menguntungkan ketimbang mengolahnya menjadi biodiesel. Hal ini yang membuat capaian produksi bahan bakar nabati atau BBN Indonesia pada 2019 hanya 75 persen dari target atau sebanyak 6,26 juta kiloliter.

Diketahui, PT Pertamina (Persero) telah berhasil melakukan lompatan besar dengan sukses melakukan uji coba produksi green diesel D100 sebesar 1.000 barel per hari di Kilang Dumai, Riau, pada Juli lalu. Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengatakan Indonesia punya semua apa yang diperlukan, tinggal bagaimana mengolah sumber daya ini menjadi energi yang bisa menciptakan kemandirian dan kedaulatan energi nasional.

Menurut Nicke, bahan bakar ramah lingkungan D100 menjadi ikhtiar Pertamina mewujudkan nawa cita, yakni mengoptimalkan sumber daya dalam negeri untuk membangun ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional.

Green diesel D100 memanfaatkan sumber daya minyak sawit yang melimpah di dalam negeri sebagai bahan baku sehingga memiliki tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) yang sangat tinggi. "Dengan demikian, produksi D100 ini sekaligus juga akan menekan defisit impor bahan bakar minyak dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Nicke.

Uji coba produksi green diesel di Kilang Dumai sendiri, imbuh Nicke, sudah dimulai sejak 2014 dengan melakukan injeksi minyak sawit jenis refined, bleached, and deodorized palm oil (RBDPO) secara bertahap. Dimulai dari injeksi 7,5 persen RBDPO pada Desember 2014, kemudian 12,5 persen pada Maret 2019, dan terakhir 100 persen pada Juli 2020.

Dalam uji coba performa melalui road test sepanjang 200 km, D100 yang dicampur dengan solar dan FAME, terbukti menghasilkan bahan bakar diesel yang lebih berkualitas dengan angka cetane number lebih tinggi, lebih ramah lingkungan dengan angka emisi gas buang yang lebih rendah, serta lebih hemat penggunaan bahan bakar.

"Selain pengolahan minyak sawit di Kilang Dumai, Pertamina juga akan membangun dua standalone biorefinery lainnya, yaitu di Cilacap Jawa Tengah, dan Plaju Sumatra Selatan," terang Nicke.

Standalone biorefinery di Cilacap nantinya dapat memproduksi green energy berkapasitas 6.000 barel per hari, sedangkan di Plaju berkapasitas 20.000 barel per hari. Kedua standalone biorefinery itu akan memproduksi green diesel dan green avtur dengan bahan baku 100 persen minyak nabati.

Selain green diesel, Pertamina juga telah berhasil melakukan uji coba produksi green gasoline di Kilang Plaju dan Cilacap sejak 2019 dan pada 2020 sudah mampu mengolah bahan baku minyak sawit hingga sebesar 20 persen injeksi.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X