BALIKPAPAN-Pukul 10.00 Wita Senin (17/8), ruas jalan di Kota Minyak terlihat sedikit lengang. Guyur hujan yang membasahi badan jalan, membuat pengendara khususnya roda dua, memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi.
Empat puluh lima menit selanjutnya, petugas Satlantas Polresta Balikpapan maupun Dinas Perhubungan (Dishub) Balikpapan mulai memantau arus lalu lintas di kawasan simpang tiga Plaza Balikpapan. Memastikan area tersebut segera bisa digunakan untuk sebuah momen bersejarah.
Ternyata, berselang lima menit, arak-arakan motor vespa dan mobil tampak dari kejauhan. Yang berasal dari kantor Pemkot Balikpapan menuju simpang Plaza Balikpapan. Kelompok itu diketuai Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi.
Mendadak traffic light serempak berubah menjadi warna merah. Pengendara yang ingin lewat seketika berhenti. Mematikan mesin, lalu turun dari kendaraannya. Itulah momentum detik-detik proklamasi yang digelar serentak di seluruh Indonesia. Sebagai bentuk peringatan HUT ke-75 RI. Khusus Balikpapan, tersebar di 15 titik, salah satunya simpang Plaza Balikpapan.
Beragam elemen masyarakat membuat barisan di jalan bersimpang tiga itu. Berharap menjadi bagian dari kegiatan yang pertama kali digelar pada HUT RI tahun ini.
Seperti yang dilakukan Jarot. Meski gerimis telah membasahi bajunya, ia dan putranya tetap bergeming. Dengan bendera Merah Putih yang dibawa dari rumah, mereka bentangkan di baris terdepan. “Saya bawa anak, supaya dia paham makna kemerdekaan. Dan bisa mencintai negaranya,” ungkapnya.
Begitu pula dengan komunitas Ontel Balikpapan Mania (Obama). Lengkap dengan atribut khas pejuang, dan tentu sepeda ontel, mereka bergabung dan merapikan barisan.
Kata Tri Ekwanselaku wakil ketua Obama, tradisi tersebut telah dilakukan tahun demi tahun. Dengan kostum pejuang yang kerap digunakan, mereka ingin menggelorakan semangat nasionalisme. Apalagi tahun ini perayaan memang sedikit asing. Karena pandemi yang masih mewabah. “Saya bangga menjadi bagian dari momen ini. Kita sama-sama harus melawan virus yang saat ini menyerang negara kita,” ucapnya lantang.
Tiba-tiba seruan komando terdengar, disusul pasukan pasukan pengibar bendera pusaka (paskibraka) yang memasuki simpang jalan tersebut. Sembari memegang sang Merah Putih yang telah terikat pada tongkat besi panjang.
Tepat saat jarum jam menunjukkan pukul 11.17 Wita, suara sirene terdengar nyaring. Pertanda detik-detik yang telah dinanti sejak beberapa hari lalu, akhirnya tiba. Komando susulan terdengar, memberi aba-aba penghormatan kepada bendera RI. Lagu Indonesia Raya turut mengalun lantang, memecah jalan yang menjadi pusat Kota Minyak itu.
Tiga menit berlalu khidmat. Momentum bersejarah kembali terulang. Bersama-sama menyaksikan dan menjadi bagian dari detik-detik proklamasi kemerdekaan RI. Walau harus basah diguyur hujan yang tiada henti.
Rizal mengapresiasi kegiatan itu. Di mana sesuai instruksi presiden RI, masyarakat Indonesia sama-sama merayakan hari kemerdekaan, tak hanya di lapangan, namun juga di tengah jalan. “Perjuangan kita semakin terasa karena kita sedang berada di tengah pandemi,” tuturnya.
Di Samarinda, hal serupa juga dilakukan di sejumlah persimpangan jalan. Seperti yang terpantau Kaltim Post di simpang empat Mal Lembuswana. Di mana pengendara sepeda motor dan mobil stop. Beragam komunitas juga ikut andil dalam momen tersebut. Mereka bersama-sama melakukan penghormatan kepada bendera Merah Putih.
Sementara itu, anggota DPR Hetifah Sjaifudian menyebut, di tengah pandemi, bukan berarti perayaan hari kemerdekaan menjadi kurang meriah. “Yang kita rayakan adalah semangatnya. Mungkin hari ini sebagian besar tidak bisa mengikuti upacara, atau lomba 17 Agustus. Tapi tidak berarti hari ini berlalu begitu saja,” ujarnya.