KDRT di Samarinda Meningkat di Masa Pandemi

- Sabtu, 15 Agustus 2020 | 11:10 WIB

SAMARINDA–Sejak Maret lalu, tepatnya saat wabah Covid-19 masuk ke Kota Tepian, setidaknya lima bulan masa pandemi telah berlangsung, bukan sekadar kesehatan saja yang terdampak. Sisi sosial ikut merasakan imbasnya. Jumlah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) turut meningkat pada masa pandemi.

Menyadur data Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Samarinda, kasus KDRT meningkat pada masa pandemi. Setidaknya 23 kasus terjadi selama lima bulan terakhir. Kecamatan Sungai Pinang menjadi daerah paling banyak terjadi KDRT sepanjang tahun ini.

Kepala UPTD PPA Violeta membenarkan, selama lima bulan terakhir, kasus KDRT meningkat. Kekerasan yang terjadi bukan sekadar secara verbal, melainkan lebih ke arah kekerasan fisik. "Lonjakan kasusnya memang terjadi pada masa pandemi. Kondisinya kan di rumah aja, jadi kalau ada polemik langsung bersentuhan," ucapnya.

Bahkan, selama masa pandemi, setiap bulannya aduan selalu masuk ke UPTD yang berada di bawah Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPP2A) Samarinda itu. Dia menduga, kekerasan akan terus meningkat. Bahkan bisa melebihi angka kasus KDRT pada tahun sebelumnya.

"Sampai saat ini saja sudah lebih dari separuhnya tahun lalu, dan jumlah itu bisa saja meningkat," duganya.

Untuk penanganannya, lebih diarahkan mediasi terlebih dulu. Namun, jika tidak bisa dimediasi antar-kedua belah pihak, akan diteruskan ke jalur hukum. "Ada juga yang ke sini dulu atau ke polisi langsung, tapi dilihat dulu kasusnya, biasanya mediasi dahulu," terangnya. "Kecuali misalnya sudah terjadi kekerasan, dan terlihat hasil visumnya bisa langsung diteruskan," sambung Violeta.

Untuk korban, nantinya diberikan pendampingan. Waktu pendampingannya beragam, bergantung kondisi korban. Dia menerangkan, penyebab KDRT bisa dari berbagai faktor. Namun, saat ini, permasalahan ekonomi dan faktor pendidikan menjadi faktor paling berpengaruh. Terlebih, pada masa pandemi saat ini. Rata-rata perekonomian warga menurun. Bahkan, di antaranya kehilangan pekerjaan. "Ekonomi dan pendidikan itu berpengaruh besar, biasanya wilayah yang terjadi itu di daerah pinggiran kota," terangnya.

Meski UPTD PPA lebih berfokus dengan pendampingan kasus, Violeta menyebut, akan berupaya melakukan pencegahan. UPTD PPA menggandeng kelurahan yang kini memiliki program kampung keluarga berencana (KB). Bahkan, berencana mensosialisasikan pencegahan KDRT di tingkat sekolah menengah pertama (SMP).

"Itu untuk pemahaman dan pencegahan sejak dini. Kami sudah bersurat dengan Dinas Pendidikan Samarinda. Tapi sekarang belum berjalan karena masih masa pandemi," pungkasnya. (*/dad/dra/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X