Ekspor CPO Turun 11 Persen, Bergegas Cari Pasar Baru Sasar Negara ASEAN

- Jumat, 14 Agustus 2020 | 12:50 WIB
Ekspor minyak kelapa sawit Kaltim anjlok hingga 11 persen pada semester I 2020. Hal itu disebabkan berbagai negara tujuan menerapkan lockdown karena pandemi virus corona dan terjadi penundaan ekspor.
Ekspor minyak kelapa sawit Kaltim anjlok hingga 11 persen pada semester I 2020. Hal itu disebabkan berbagai negara tujuan menerapkan lockdown karena pandemi virus corona dan terjadi penundaan ekspor.

Ekspor minyak kelapa sawit Kaltim anjlok hingga 11 persen pada semester I 2020. Hal itu disebabkan berbagai negara tujuan menerapkan lockdown karena pandemi virus corona dan terjadi penundaan ekspor.

 

BALIKPAPAN – Pengusaha kelapa sawit dituntut terus bergerak mencari pasar baru untuk menyelamatkan penurunan ekspor. Sebab, sampai saat ini sebesar 70 persen produksi minyak mentah kelapa sawit (crude palm oil/CPO) masih diekspor ke luar negeri. Jadi diversifikasi usaha perlu terus dilakukan agar serapannya stabil.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammadsjah Djafar mengatakan, banyaknya negara yang melakukan lockdown memengaruhi nilai ekspor Kaltim. Apalagi tujuan ekspor Kaltim utamanya menuju Tiongkok dan India. Kedua negara ini mengurangi permintaan karena menerapkan lockdown dan konsumsi masyarakat menurun.

“Kita perlu melakukan perluasan diversifikasi pasar seiring melemahnya permintaan. Masih banyak negara yang bisa dituju, seperti negara-negara di ASEAN,” katanya, Kamis (13/8). Dia menjelaskan, pelaku usaha kelapa sawit di Indonesia sudah banyak yang melakukan ekspor ke Vietnam. Hal itu bisa dilakukan agar tidak bergantung pada pasar Tiongkok dan India.

Vietnam menjadi salah satu pasar baru yang punya potensi besar dan dilirik para pengusaha. Ekspor produk sawit ke Vietnam sudah menyentuh angka 400 ribu ton. “Pelaku usaha tentunya harus bisa membuka pasar-pasar baru untuk kelapa sawit agar memperluas diversifikasi pasar ekspor sawit,” tuturnya.

Meskipun kelapa sawit masih terus digempur dengan kampanye negatif Uni Eropa (UE), namun pelaku usaha masih bisa mencari pasar baru. Dalam kompetisi berbisnis, diperlukan inovasi dan ekspansi bisnis untuk bertahan. Apalagi setelah harga CPO menurun menjadi USD 515 per metrik ton (MT), harga minyak sawit kini sudah mulai meningkat menjadi USD 602 per MT.

Peningkatan harga juga disebabkan permintaan terhadap minyak sawit dunia meningkat seiring dengan relaksasi lockdown yang terjadi di sejumlah negara importir. Tiongkok yang menjadi importir minyak sawit terbesar asal Indonesia pada 2019 lalu diyakini siap membeli lebih banyak CPO dan produk turunannya di sisa tahun ini.

“Itu diharapkan bisa mengejar ketertinggalan kita dengan ekspor CPO, ditambah dengan ekspansi pasar tentunya ekspor kita bisa semakin bertambah,” tegasnya. Dibandingkan Mei 2020, produksi CPO pada Juni sebesar 4.096 ribu ton atau naik 13,5 persen. Sementara konsumsi dalam negeri turun 3,5 persen menjadi 1.331 ribu ton

Nilai ekspor secara nasional naik signifikan 13,9 persen menjadi 2.767 ribu ton. Nilai ekspor juga naik dari USD 1,474 miliar menjadi USD 1,624 miliar. Apabila dibandingkan Januari-Juni 2019, produksi CPO dan PKO Januari-Juni 2020 sebesar 23.504 ribu ton adalah 9,2 persen lebih rendah, sementara konsumsi dalam negeri sebesar 8.665 ribu ton atau 2,9 persen lebih tinggi.

Direktur Eksekutif GAPKI Mukti Sardjono menuturkan, produksi Juni yang lebih tinggi dari Mei 2020 diduga selain karena carry over produksi Mei yang terkendala karena Lebaran juga sebagian provinsi telah masuk ke periode tren produksi naik. Sedangkan konsumsi dalam negeri bulan Juni yang masih lebih rendah dibandingkan dengan bulan Mei, diduga masih disebabkan oleh PSBB.

“Konsumsi untuk pangan turun 3,9 persen menjadi 638 ribu ton. Persentase penurunan konsumsi pangan lebih rendah dari rata-rata penurunan tiga bulan sebelumnya sebesar 5,4 persen,” ujarnya.

Adapun konsumsi biodiesel pada Juni turun sebesar 5,4 persen dari bulan Mei menjadi 551 ribu ton. Dibandingkan dengan Januari-Juni 2019, konsumsi biodiesel 2020 adalah 25 persen lebih tinggi dikarenakan implementasi program B30. Konsumsi dalam negeri bulan Juni untuk oleokimia masih naik dengan 6,8 persen dibandingkan Mei meskipun dengan laju yang lebih rendah.

“Kenaikan ekspor cukup tinggi pada Juni setelah turun pada bulan sebelumnya. Kenaikan terjadi pada CPO (31 persen), refined palm oil (10,2 persen), minyak laurik (6 persen) dan juga adanya ekspor biodiesel,” bebernya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB
X