Ekonomi 2020 Terkontraksi Rendah

- Kamis, 13 Agustus 2020 | 13:11 WIB

Pertumbuhan ekonomi Kaltim tahun ini diprediksi berada pada rentang minus 0,26 sampai 0,26 persen (year on year/yoy). Lebih rendah dari tahun lalu yang tumbuh 4,77 persen (yoy).

 

SAMARINDA- Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Kaltim pada 2020 mengalami kontraksi pada level rendah. Kontraksi ini tidak terlepas dari pengaruh pandemi Covid-19 serta menurunnya aktivitas ekonomi domestik, sebagai dampak kebijakan pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Kaltim Tutuk SH Cahyono mengatakan, perekonomian Kaltim untuk keseluruhan pada 2020 diperkirakan akan berada pada rentang pertumbuhan sampai kontraksi yang tipis. Di sisi pengeluaran, kinerja ekspor pada 2020 diprediksi mengalami kontraksi tipis seiring dengan permintaan negara tujuan utama yang mengalami penurunan.

“Penurunan permintaan negara tujuan utama berlangsung selama semester I 2020 tapi akan mulai membaik pada semester II 2020,” katanya, Rabu (12/8). Ditambahkan Tutuk, konsumsi masyarakat maupun pemerintah diperkirakan tetap tumbuh walau tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya. Di mana hal tersebut masih disebabkan oleh dibatasinya kegiatan masyarakat di luar rumah.

Di sisi lapangan usaha, pertambangan mengalami kontraksi seiring cuaca yang kurang kondusif pada awal 2020, lemahnya permintaan dunia serta rencana kuota produksi 2020 yang lebih rendah dibandingkan 2019. “Berdasarkan asesmen terhadap indikator makroekonomi terkini, perekonomian Kaltim 2020 diperkirakan tumbuh pada rentang minus 0,26 sampai 0,26 persen (yoy),” terangnya.

Terpisah, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kaltim Slamet Brotosiswoyo mengungkapkan, ekonomi Kaltim pada triwulan kedua minus 5,46 persen (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 1,27 persen (yoy). Namun, pihaknya optimistis pada kuartal III dan IV masih banyak peluang yang berpotensi.

“Pembangunan infrastruktur persiapan IKN (ibu kota negara) saat ini terus berlangsung. Hal itu seharusnya bisa mendongkrak ekonomi kita di triwulan ketiga dan keempat. Sehingga secara tahunan ekonomi kita tidak jatuh terlalu dalam,” jelasnya.

Selain itu, para pengusaha sawit juga tengah mempersiapkan pembangunan pabrik dan pelabuhan. Pelaku usaha sawit tengah mempersiapkan produk turunan minyak kelapa sawit (CPO). Direncanakan ada pelabuhan untuk perusahaan sawit sendiri. Kemudian di Kutai Barat akan ada pabrik turunan pengolahan CPO.

Di lain sisi, pemerintah harus mempersiapkan infrastruktur untuk menarik investor. Sebenarnya, Kaltim memiliki daya tarik dan peluang usaha. Karena lahan yang sangat luas dengan harga yang relatif terjangkau oleh investor. Lalu, kondisi ketenagakerjaan yang cenderung kondusif. Selain itu, proses perizinan mulai ada kemudahan yang dirasakan pengusaha maupun investor.

Sehingga dengan peluang dan daya tarik tersebut banyak sektor usaha yang bisa dikembangkan. Seperti pengembangan kelapa sawit, pertanian, perkebunan, kelistrikan, dan perumahan. “Apabila kasus corona turun sektor itu bisa menarik serta tumbuhnya banyak sektor bisa membuat ekonomi kita tidak turun terlalu dalam,” bebernya.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai, perekonomian RI yang minus hingga 5 persen pada kuartal II bukanlah yang terburuk. Sebab, beberapa negara lain malah mengalami kontraksi ekonomi lebih dalam. “Kita satu dari sedikit negara, bersama Korea Selatan yang masih positif pada kuartal pertama. Pada kuartal kedua, negara lain turun lebih dalam,” ujarnya.

Menurutnya, kebijakan pembatasan wilayah atau lockdown menjadi penyebab utama perekonomian beberapa negara anjlok sangat dalam. “Jadi, kalau kita lihat berbagai negara yang melaksanakan lockdown relatif ekonominya terdampak lebih dalam,” katanya.

Airlangga memaparkan, perekonomian AS diperkirakan minus 5,18 persen sepanjang 2020, Inggris diramal minus 9,53 persen, Jerman minus 6,23 persen, dan Prancis minus 10,06 persen. Sedangkan Jepang diproyeksikan minus 4,91 persen, Singapura minus 5,63 persen, Malaysia minus 3,24 persen, Thailand minus 5,78 persen, Brasil minus 6,11 persen, Argentina minus 9,65 persen, dan India minus 4,95 persen.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB
X