Bahaya Klaster Baru di Sekolah, Pemerintah Diminta Tegas

- Kamis, 13 Agustus 2020 | 12:59 WIB
Fachrul mengakui di tengah pandemi seperti saat ini, dunia pendidikan mengalami perubahan signifikan. Pada kondisi normal guru memantau pembelajaran secara langsung di kelas. Tetapi saat ini guru harus memanfaatkan teknologi informasi untuk memantau pembelajaran para siswanya.
Fachrul mengakui di tengah pandemi seperti saat ini, dunia pendidikan mengalami perubahan signifikan. Pada kondisi normal guru memantau pembelajaran secara langsung di kelas. Tetapi saat ini guru harus memanfaatkan teknologi informasi untuk memantau pembelajaran para siswanya.

JAKARTA– Baru beberapa hari sekolah dibuka, muncul klaster baru. Ketegasan pemerintah diharapkan banyak pihak. Sayangnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melempar tanggungjawab ke pemerintah daerah.

Munculnya klaster baru Covid-19 di sejumlah sekolah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) belum banyak komentar. Kepala Biro Kerja Sama dan Humas Kemendikbud Evy Mulyani mengatakan jika ada satuan pendidikan terindikasi dalam kondisi tidak aman makan pemda wajib menutup kembali satuan pendidikan itu.

Termasuk juga apabila ada daerah yang tingkat risiko penularan Covid-19 nya berubah menjadi berbahaya, lembaga pendidikan juga harus ditutup. Misalnya dari semula hijau menjadi orange atau merah. Atau dari yang semula kuning menjadi orange atau merah.

Seperti diketahui pemerintah membuat kelonggaran pembukaan sekolah tatap muka. Sebelumnya sekolah yang boleh menjalankan pembelajaran tatap muka hanya di zona hijau. Tetapi kemudian dilonggarkan sehingga boleh dilakukan di daerah dengan status zona kuning.

’’Implementasi dan evaluasi pembelajaran tatap muka adalah tanggung jawab pemerintah daerah,’’ katanya kemarin (12/8). Evy menuturkan dalam menjalankan evaluasi itu pemda didukung oleh pemerintah pusat. Dia berharap Dinas pendidikan dan dinas kesehatan di daerah bersama kepala satuan pendidikan berkoordinasi terus dengan satuan tugas percepatan penanganan Covid-19 di daerah masing-masing.

Seruan supaya satuan pendidikan tidak menjadi klaster baru Covid-19 juga disampaikan oleh Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi. ’’Memang kita membuka kesempatan (belajar tatap muka, Red) saat ini. Bahwa setiap sekolah punya pilihan,’’ katanya saat membuka program Gerakan Pemberdayaan Komunitas Guru Madrasah (Garda Kagum) di Jakarta kemarin (12/8).

Fachrul mengatakan madrasah atau sekolah punya pilihan untuk kembali melakukan pembelajaran tatap muka. Tetapi dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan dengan ketat. Tetapi dalam kondisi yang tidak memungkinkan, sekolah bisa melanjutkan pembelajaran online atau pendidikan jarak jauh (PJJ). Selain itu juga ada pilihan perpaduan atau kombinasi antara tatap muka dengan online.

Mantan wakil Panglima TNI itu menegaskan sekolah tatap muka bisa dilakukan apabila lingkungan sekolah aman dari Covid-19. Kemudian semua guru dan muridnya juga aman dari Covid-19. Lalu ada komitmen untuk menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. ’’Jika salah satu dilanggar, kita khawatir kita akan membangun lingkungan baru Covid-19 atau klaster baru Covid-19,’’ jelasnya.

Fachrul mengakui di tengah pandemi seperti saat ini, dunia pendidikan mengalami perubahan signifikan. Pada kondisi normal guru memantau pembelajaran secara langsung di kelas. Tetapi saat ini guru harus memanfaatkan teknologi informasi untuk memantau pembelajaran para siswanya.

Dia menuturkan dalam situasi pandemi saat ini, para guru bekerja dalam kondisi serba terbatas. Tetapi dia mengingatkan para guru tidak boleh kehilangan semangat untuk meningkatkan kualitas. Melalui program pelatihan berbasis komunitas Garda Kagum, Fachrul berharap para guru bisa meningkatkan kualitas profesinya di komunitasnya. Dengan komunitas yang dekat dengan lingkungan bekerja atau tempat tinggal, maka pelatihan atau pembinaan kompetensi bisa berjalan efektif, efisien, serta tepat sasaran.

Pengamat pendidikan Indra Charismiadji mengatakan pasti bakal banyak bermunculan klaster Covid-19 di sekolahan. Sebab Kemendikbud nekat melonggarkan pembelajaran tatap muka. ’’Karena semua dokter sudah bilang jangan. Kok ngeyel,’’ tuturnya.

Indra mengatakan dibukanya sekolah tatap muka di zona kuning Covid-19 menunjukkan Mendikbud Nadiem Makarim sudah menyerah mengelola PJJ. Menurut dia sejak terjadi pandemi di bulan Maret lalu, sampai sekarang tidak ada perbaikan pelaksanaan PJJ yang signifikan.

Saat ini sekolah seperti menjalankan skema PJJ sesuai dengan kemampuan masing-masing. Tidak ada panduan serta pendampingan secara lebih teknis dari Kemendikbud. ’’Semua berjalan terserah. Sampai ada guyonan Kemendikbud sekarang jadi kementerian terserah,’’ katanya.

Indra menegaskan dalam situasi seperti saat ini, sekolah tidak bisa dilepas begitu saja untuk menerapkan PJJ. Guru tetap perlu mendapatkan pelatihan yang terorganisir secara rapi dan terencana dengan baik. Dia menegaskan mengelola SDM berbeda dengan mengelola aplikasi. ’’Mengelola aplikasi tinggal memasukkan algoritma sudah beres. Mengelola SDM tidak bisa seperti itu,’’ tuturnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X