SENDAWAR - Dampak pandemi Covid-19 telah menyasar semua lini. Kini imbasnya juga tengah dirasakan petani karet. Harga karet menjadi labil, sempat naik Rp 6.500 per kilogram (kg), kini turun drastis berkisar Rp 3.500 per kg.
Akibatnya, ekonomi petani karet di Bumi Tanaa Purai Ngeriman merosot. “Harga karet sangat anjlok, baru minggu kemaren naik Rp 500, sekarang sudah turun lagi,” ungkap petani karet di Kampung Linggang Bigung, Aladin, kepada media ini yang kerap mengeluh kondisi ekonominya saat ini.
Pria 32 tahun itu mengaku siap alih profesi dari petani karet. Situasi dunia saat ini memang sedang diuji. Menores karet adalah pekerjaan satu-satunya yang ditekuninya selama ini. “Kalau ada yang ajak saya bertukang, saya ikut. Karena hanya itu pekerjaan utama saya,” terangnya.
Efek domino akibat melesunya ekonomi ini turut menerpa perusahaan industri karet di Kota Beradat. PT Davco Sendawar Industri tak terlewatkan jadi ancaman gulung tikar. Salah satu pabrik karet di Kubar, mengaku alami penurunan ekspor selama pandemi.
Ternyata bukan petani saja yang mengeluh harga karet menurun, pabrik turut prihatin dengan harga yang ada sekarang ini dengan alasan pengeksporan karet menurun di masa pandemi ini.
Nurfoida, manajemen admin sekaligus juru bicara perusahaan tersebut menjelaskan, penyebabnya karena terhambat akses. "Pasar dunia pun kerap bermasalah saat ini, lebih pastinya belum stabil," jelasnya.
Sebenarnya pihaknya masih berupaya mempertahankan harga, untuk yang bersih di pabrik ini harganya Rp 6.200 dan yang kotor Rp 5.300 untuk mengatasi harga anjlok.
"Kami juga tidak bisa melebihi pasaran dunia, karena kontraktor kami masih sedikit dan belum bisa mengekspor keluar. Jalur ekspor kita sekarang hanya ke Balikpapan," urainya. (rud/kri/k16)