Tak dapat dimungkiri, belajar jarak jauh melalui dalam jaringan (daring) jauh dari kata sempurna. Selain faktor kesehatan mata, fasilitas penunjang belum mumpuni untuk bisa baik. Pasalnya, ada beberapa titik masih kesulitan jaringan internet.
SAMARINDA–Belum lama ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menjelaskan, jika sekolah diperbolehkan menggunakan dana bantuan operasional sekolah (BOS) nasional untuk keperluan pembelian kuota internet.
Di Samarinda, kesulitan belajar jarak jauh rupanya tak sekadar perkara kuota. Namun, sebagian daerah rupanya juga masih kesulitan jaringan internet. Ada beberapa titik di Makroman, Bukit Pinang, Berambai, dan Bantuas. “Memang ada beberapa titik yang masih blank spot, kesulitan jaringan internet,” ujar Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda Asli Nuryadin saat diwawancara belum lama ini. Hal itu memang jadi masalah besar di tengah pembelajaran sistem jarak jauh.
“Kalau memang ada yang kesulitan jaringan, mungkin belajarnya bisa berpindah ke tempat yang lebih baik. Sebenarnya ada jaringan, tapi sangat sulit. Kadang ada, kadang hilang,” ujar pria kelahiran Long Iram, 54 tahun silam.
Asli menuturkan, tatap muka memang dianggap metode belajar yang baik. Namun, pilihan terbaik saat ini adalah daring. “Kan ketemu langsung belum bisa,” tambahnya. Belajar lewat daring dianggap solusi terbaik agar belajar tak tertinggal. Sulitnya jaringan yang menjadi masalah belajar daring bakal disampaikan ke Pemkot Samarinda untuk bisa dituntaskan bersama.
Disinggung masalah belajar daring, pembelian kuota bisa diberikan sekolah. Namun, Asli berharap, orang-orang yang mampu bisa saling membantu di tengah pandemi untuk mengurangi beban saat belajar. “Pasti ada rekan yang memiliki kecukupan,” sambungnya. Tak dimungkiri, biaya belajar lebih bengkak saat sistem daring. Pihaknya turut mengedukasi guru. Belajar dalam jaringan itu tak melulu lewat aplikasi tatap muka.
“Bisa dicari model belajar yang menyenangkan. Tidak perlu lama-lama. Sekitar 15 menit saja,” ungkapnya. Jika dalam sehari ada tiga pelajaran, artinya butuh waktu 45 menit. Kalau sebelumnya ada yang setengah jam, harus bisa dipangkas. “Modelnya bisa pakai video pendek atau power point. Jadi, materinya bisa diperoleh duluan. Jadi, saat pertemuan lewat daring, bisa dipertanyakan. Yang terpenting itu anak berada di rumah dulu dengan belajar santai,” ungkapnya. “Kan enggak logis anak kelas I atau II ikut daring lama,” tambahnya. (dra2/k8)