Harga TBS Kelapa Sawit Kembali Bergairah

- Selasa, 11 Agustus 2020 | 10:43 WIB
ilustrasi
ilustrasi

SAMARINDA- Setelah merosot sejak Maret 2020, harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit kembali bergairah. Dinas Perkebunan Kaltim mencatat pada Juli lalu harga TBS sebesar Rp 1.349 per kilogram, naik dari bulan sebelumnya sebesar Rp 1.324 per kilogram.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammadsjah Djafar mengatakan, penguatan harga TBS tidak lepas dari perbaikan harga crude palm oil (CPO). Harga referensi produk CPO untuk penetapan bea keluar (BK) periode Agustus 2020 adalah USD 656,98 per metrik ton (MT). Harga referensi tersebut meningkat USD 34,51 atau 5,54 persen dari periode Juli sebesar USD 622,47 per MT.

“Berbagai penundaan ekspor seiring dengan pembatasan berbagai negara tujuan kita, membuat harga internasional untuk CPO sempat menurun. Namun pencabutan aturan lockdown di berbagai negara importir minyak sawit dunia seperti Tiongkok, India, dan Uni Eropa memengaruhi permintaan minyak sawit. Ada tren peningkatan seiring banyaknya permintaan kembali terjadi sejak Juli,” ujarnya, Senin (10/8).

Kondisi tersebut mengakibatkan terjadi peningkatan volume ekspor CPO pada Juli hingga mencapai 4,8 persen dibandingkan periode sebelumnya di negara-negara yang bersangkutan. “Kami optimistis harga CPO terus membaik karena dari sisi konsumsi domestik juga akan naik,” katanya.

Apalagi mengingat, pemerintah Indonesia yang saat ini tengah mengimplementasikan B30 dan terus melakukan uji coba untuk B40, hingga B100, dan green energy lainnya. sehingga memiliki orientasi perubahan dominansi ekspor CPO, menjadi serapan domestik. Hal itu tentunya akan membuat harga CPO lebih stabil.

Sebab CPO digunakan sebagai salah satu pengukur harga TBS di daerah, sehingga peningkatan harga minyak sawit pasti sangat berdampak pada TBS kita di tingkat petani. Saat terjadi peningkatan pada harga CPO, tentunya harga TBS akan meningkat. Peningkatan harga TBS itu dirasakan langsung oleh petani. Sehingga sangat penting bagi kesejahteraan petani lokal.

“Kita akan terus memanfaatkan peluang untuk ekspansi ekspor, namun kita tetap fokus mengembangkan penyerapan B30 dan industri hilir lainnya di Kaltim. Sehingga harga CPO lebih stabil berujung pada harga TBS yang lebih menjanjikan untuk petani,” tutupnya. (ctr/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X