Susun Target Harian, Kerja Lebih Fleksibel

- Senin, 10 Agustus 2020 | 11:12 WIB
ilustrasi
ilustrasi

SEJAK pagi, Mahrita sudah sibuk menyiapkan kebutuhan suami dan anak. Kemudian pukul 07.30 Wita dia sudah harus tiba di kantor, Jalan Kusuma Bangsa, Kompleks Balai Kota Samarinda. “Kita melihat efektivitas lagi. Sekarang sudah kerja di kantor seperti biasa. Hanya saja absensi yang sidik jari diganti jadi scan wajah,” jelas perempuan yang bekerja di pemerintahan tersebut.

Disebutkan jika sejak 2 Juni, kantornya sudah tidak lagi memberlakukan work from home (WFH). Sehingga jam kerja kembali normal, 07.30–16.00 Wita. Namun, beberapa aturan diterapkan. Seperti pembatasan jumlah orang dalam ruangan.

Di bidang teknis beberapa pegawai memang ada yang turun ke lapangan, sehingga proporsi jumlah orang dan luas ruangan sesuai. Begitu juga bidang Mahrita yang disebutkan hanya sekitar 17 orang. Kondisi ruangan sudah cukup berjarak. Anjuran jaga jarak dan penggunaan masker juga dilakukan.

“Kalau di dinas lain ada yang sistem kerja sif, kalau di bidang saya kebetulan jumlah orangnya memang sedikit dan ruangan luas,” jelasnya. Diakui jika kantornya cukup menegakkan anjuran protokol kesehatan.

Sebelumnya, terhitung sejak 24 Maret lalu dia sempat kerja dari rumah. Penyesuaian dilakukan. Dia memberlakukan sistem target harian dan prioritas kerja. “Saya tentukan dulu target harian dalam satu hari. Kemudian breakdown mana yang lebih prioritas untuk atur waktu,” ungkapnya.

Selain sebagai pegawai negeri dan ibu rumah tangga, dia memiliki usaha food pack. Olahan makanan siap masak. Apalagi pada masa pandemi, diungkapkan Mahrita jika semakin banyak orderan. “Jadi pagi biasanya mengurus orderan. Kemudian sekitar jam 9 pagi itu standby kerjaan. Kadang juga dipanggil ke kantor misal ada rapat dan koordinasi lanjutan. Nah malam baru waktunya dampingi anak belajar,” ujar ibu satu anak tersebut.

Nah, semenjak WFH tidak diterapkan lagi, dia pun mendelegasikan pekerjaannya pada karyawan lain. “Intinya memang atur target harian dan prioritas atur waktu. Jadi, semua pekerjaan bisa selesai dengan baik,” kata dia.

Cerita lain datang dari Auliya Fathamsyah. Pekerja di salah satu perusahaan telekomunikasi di Balikpapan. “Sudah sekitar 5 bulan ini WFH. Selain kebijakan dari wali kota juga anjuran dari kantor pusat di Jakarta,” ungkapnya.

Disebutkan jika anjuran WFH dimulai sejak medio Maret. Diminta bekerja dari rumah selama dua Minggu, namun terus diperpanjang. Hingga usai Lebaran Idulfitri, imbauan WFH diperpanjang hingga waktu yang tidak ditentukan.

Dia mengaku lebih fleksibel dalam bekerja. Setiap pagi mengirim to do list atau apa yang akan dikerjakan selama sehari ke atasan. Kemudian mulai bekerja, salah satu job desk-nya yakni pengecekan dan membuat laporan.

“Kalau office hour kan dari jam 8 sampai jam 5 sore. Nah karena di rumah lebih fleksibel. Syukurnya juga punya atasan yang enak, kecuali urgent banget kadang minta laporan habis Magrib,” ujarnya.

Dia mencontohkan pengalaman beberapa karyawan lain, terkadang memang harus standby bahkan hingga larut malam. Sehingga selama WFH justru jam kerja jadi tak tentu. “Tergantung atasan sih. Ini juga suami mulai WFH lagi sesuai imbauan wali kota,” sebutnya.

Dalam kondisi pandemi, Auliya juga lebih membatasi kegiatan di luar rumah. Apalagi, dia juga dalam kondisi hamil muda. Lebih sering bawa bekal dan peralatan makan pribadi seperti sedotan, hingga sendok garpu.

“Lebih hati-hati kalau kontak sama orang, sering banget cuci tangan. Pulang dari luar baju-baju langsung dicuci, terus mandi,” ungkapnya. “Kandungan juga masih trimester awal belum berani olahraga berat, cuma jalan-jalan ringan saja biasanya. Lebih banyak masak di rumah juga,” tutupnya. (rdm/ndu/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X