SURABAYA – Saat kondisi perekonomian tidak pasti seperti sekarang, importasi menjadi penting. Sebab, aktivitas itu bisa mendorong tumbuhnya investasi. Sampai saat ini, 72 persen barang yang didatangkan dari luar negeri adalah bahan baku dan bahan penolong.
Ketua Umum Gabungan Importer Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Subandi mengatakan bahwa kontribusi bahan baku dan bahan penolong mendominasi impor. Komposisinya sampai 72 persen. Sisanya sebanyak 18 persen adalah barang modal dan 10 persen merupakan barang konsumsi.
’’Dengan demikian, impor itu penting. Tetapi, selama ini kegiatan impor dipandang negatif,’’ katanya (5/8). Dengan komposisi impor bahan baku dan bahan penolong yang mencapai 72 persen, pemenuhan kegiatan produksi di dalam negeri tinggi. Pada akhirnya, itu dapat meningkatkan investasi di dalam negeri.
Peran impor yang penting tersebut, lanjut dia, harus diikuti dengan regulasi yang berpihak pada importer. ’’Meski demikian, kami berharap tidak ada importer yang salah dalam menjalankan usaha karena seluruh importer berperan menjalankan kegiatan usaha sesuai peraturan,’’ ujarnya. GINSI terbuka dan siap menjadi mitra pemerintah dalam menyosialisasikan peraturan dan mendampingi pelaku usaha importasi.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Martin Manurung mengungkapkan bahwa pembatasan kegiatan importasi sudah tidak sesuai lagi. Sebab, ada produk impor yang tidak memungkinkan diproduksi di dalam negeri dengan pertimbangan efisiensi. ’’Tetapi, yang harus diperhatikan, bagaimana komponen di dalam negeri harus dibuat efisien,’’ ucapnya.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan biaya produksi yang sangat tinggi. Hal itu bisa diukur dari incremental capital output ratio (ICOR) yang nilainya lebih dari enam. Idealnya di bawah itu. ’’Artinya, untuk menghasilkan satu output, dibutuhkan capital sebanyak enam kali lipat sehingga menambah biaya bagi produsen,’’ ungkapnya.
Covid-19 membuat perekonomian global bergolak dan turut memengaruhi perdagangan internasional. Martin menjelaskan bahwa pertumbuhan perdagangan internasional turun. Pertumbuhan perdagangan global diprediksi turun menjadi 1,1 persen. (res/c20/hep)