Wahyu mengamati lingkungan sekitar Masjidilharam yang jauh berbeda dengan kondisi normal. Hotel dan pusat perbelanjaan di Zam Zam Tower yang biasanya ramai saat musim haji seperti kota mati kali ini. Semuanya tutup. Pedagang kaki lima di Terminal Syieb Amir yang ada di sekitar Masjidilharam juga tidak ada.
Setelah selesai tawaf wada, seluruh jamaah pulang sesuai rute. Ada yang ke bandara di Jeddah. Ada juga yang ke Madinah atau kota-kota tempat asal jamaah lainnya. Perjalanan pulang itu tetap dikawal petugas kepolisian sampai di rumah masing-masing. Wahyu mengatakan, tidak ada pikiran untuk beli oleh-oleh. ’’Mau beli oleh-oleh di mana, kan tutup semuanya,’’ katanya.
Dengan proses rangkaian ibadah haji yang cukup ketat itu, panitia memiliki sejumlah cara untuk mengusir kebosanan. Di antaranya adalah menjalankan program semacam cerdas cermat tentang ibadah haji. Ada juga lomba tilawah. Perlombaan itu dilakukan secara online melalui ponsel jamaah masing-masing.
Hadiah lomba itu lumayan. Yakni, jam tangan Rolex. ’’Ada dua jamaah WNI yang mendapatkan jam tangan Rolex,’’ jelasnya. Sepuluh hari setiba di rumah dari haji, kesehatannya tetap dipantau. Wahyu juga harus menjalani karantina mandiri di rumah.
Bisa berhaji tahun ini memang menjadi momentum langka. Banyak WNI di Arab Saudi yang mendaftar, tetapi tidak lolos. Misalnya, yang dilakukan Konsul Haji KJRI Jeddah Endang Jumali. Dia mengatakan sudah mendaftar online, tetapi dinyatakan tidak lolos.
Seluruh pendaftar dari keluarga besar KJRI Jeddah tidak lolos. Hanya ada satu istri staf lokal KJRI Jeddah yang berhasil. Endang mengatakan akan menulis buku tentang cerita jamaah haji WNI musim 2020. Dia juga bersyukur proses haji tahun ini berjalan lancar meski di tengah pandemi. (*/c10/ttg)