Setiba di Jeddah, seluruh jamaah diangkut dengan bus menuju Makkah. Mereka ditempatkan di Hotel Four Points. Sebuah hotel bintang lima yang dioperasikan Sheraton di kawasan Aziziyah.
Pria kelahiran Pontianak, Kalimantan Barat, 23 Mei 1992, itu menuturkan bahwa fasilitas yang diterima di hotel mewah itu komplet. Satu kamar berisi satu orang. Perlengkapan untuk menjalani ibadah haji sudah disiapkan. Misalnya, kain ihram dan payung.
Makan diantar petugas ke kamar masing-masing. Secara berkala mereka juga menjalani pemeriksaan kesehatan. Petugas medis datang ke setiap kamar.
Dia menegaskan, jamaah tidak boleh keluar kamar. ’’Kalau ketahuan keluar kamar, didiskualifikasi,’’ katanya. Proses karantina itu berlangsung pada 4 Zulhijah sampai 8 Zulhijah. Pagi buta menjelang subuh, sekitar pukul 03.00 waktu setempat pada 8 Zulhijah itu, seluruh jamaah diangkut dengan menggunakan bus untuk menjalani miqat atau mengawali niat berhaji di Qarnul Manazil.
Umumnya orang yang mengambil miqat turun dari bus. Kemudian, mandi besar, lalu menggunakan baju ihram. Setelah itu, salat sunah di masjid, baru menuju Masjidilharam.
Namun, karena kali ini haji di tengah kondisi pandemi, Wahyu mengatakan, sejak keluar hotel, mereka sudah mandi wajib dan mengenakan baju ihram. ’’Kami di miqat tidak turun bus. Hanya memelankan kecepatannya,’’ katanya.