SANGATTA–Alat angkut sampah yang tidak memadai ternyata benar-benar menjadi biang penumpukan sampah di beberapa tempat penampungan sementara (TPS).
Selain truk untuk membawa sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA) terbatas dan sering rusak, motor sampah mengalami masalah serupa. Itu menyebabkan pengangkutan sampah di gang-gang jadi lambat.
Menanggapi permasalahan tersebut, Wakil Ketua II DPRD Kutim Arfan mengatakan, pengadaan motor sampah harus dianggarkan minimal 1 persen dari anggaran yang dikelola organisasi perangkat daerah (OPD) terkait. "DLH (Dinas Lingkungan Hidup) harus menganggarkan. Armada harus ditambah," ungkapnya. Dia tak menampik, dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) belum diterbitkan. Sehingga pada November atau Desember mendatang baru dapat direalisasikan. "Termasuk armada lainnya, kalo bisa diakomodasi di APBD Perubahan," tambahnya.
Wakil Ketua Komisi B DPRD Kutim Novel Tyty Paembonan sependapat. Dia sering melihat motor pengangkut sampah sudah tidak layak. Dia menyayangkan, sudah berdiri 20 tahun sebagai kabupaten, tidak dapat mengatasi masalah tersebut.
“Warga sudah dipungut biaya untuk pengelolaan sampah, tetapi produksi sampah berlebih malah tidak dapat terkontrol pembuangannya. Pemerintahan harus melengkapi semua fasilitas armada hingga ke TPA," jelasnya.
Bahkan, pemerintah harus menyediakan anggaran lebih untuk perlengkapan pelindung diri bagi petugas yang memungut sampah. Pasalnya, penyakit leptospirosi yang merupakan bakteri dari air seni hewan seperti tikus, bisa menjangkiti petugas kebersihan. Jika terkena penyakit itu, air seninya berwarna kemerahan. Itu akan menjadi ancaman bagi para pengangkut sampah yang rentan dengan penyakit itu. "Makanya mereka juga perlu dilengkapi fasilitas pakaian dan sarung tangan pelindung," tutupnya. (dq/dra/k16)