La Joya Masih Ada

- Kamis, 6 Agustus 2020 | 14:22 WIB
Paulo Dybala
Paulo Dybala

Paulo Dybala bak tenggelam setelah Cristiano Ronaldo datang ke Juventus. Ya, begitulah yang kerap ditulis media-media atau pandit-pandit di Italia tentang Dybala. Tetapi, kemarin WIB (5/8) Dybala membuktikan bahwa dirinya masih ada dan tidak tenggelam di balik bayang-bayang CR7, akronim nama Ronaldo.

La Joya, julukan Dybala, terpilih jadi Pemain Terbaik alias Most Valuable Player (MVP) Serie A 2019 – 2020. Bagi Dybala, selama sewindu berkarir di Serie A baru kali ini bisa berbuah penghargaan pribadi. Yang ironis, setelah Dybala bersenang-senang di lapangan bersama CR7 di dalam duet Dybaldo, kali ini hanya nama Dybala yang meraih titel terbaik. Tak ada CR7.

Portiere Wojciech Szczesny jadi wakil dari klub berjuluk La Vecchia Signora itu lainnya dalam daftar penghargaan terbaik sebagai Kiper Terbaik. Bek Inter Milan, Stefan de Vrij terpilih sebagai bek terbaik. Il capitano Atalanta BC Papu Gomez dinobatkan jadi Gelandang Terbaik. Sementara, calon pemain anyar Juve, Dejan Kulusevski, terpilih jadi Pemain Muda Terbaik.

Dybala memenangi MVP Serie A setelah jadi MVP bulan Juli. ’’Tetapi, tanpa pelatih dan rekan setim, aku tidak mungkin jadi seperti ini,’’ tulis 26 tahun itu dalam kicauan di akun Twitter miliknya @PauDybala_JR. Memang, dibandingkan CR7, performa Dybala selama Juli masih di bawah mesin gol Juve tersebut.

Dalam sembilan laga giornata akhir Serie A, hanya enam laga Dybala terlibat dan absen di dua laga terakhir karena cedera otot paha kiri. Dia juga hanya menyumbang satu gol dan satu assist. Beda dengan CR7 yang hanya sekali absen pada giornata pemungkas dan mencetak tujuh gol plus satu assist selama bulan Juli.

Lalu, mengapa harus Dybala? ’’Berdasarkan statistik resmi Lega Serie A yang mewakili kriteria ilmiah yang obyektif musim ini. Lalu, kami kaitkan dengan tekad yang kuat (dari pemain yang bersangkutan), bagaimana mengatasi kesulitannya. Ini musim yang aneh tapi pemain masih menunjukkan bakatnya dengan penampilan luar biasa,’’ beber CEO Serie A Luigi De Siervo.

Dybala lebih sulit dari CR7. Selain faktor susahnya menemukan konsistensi dengan gaya main ala allenatore Juve Maurizio Sarri, Covid-19 juga sempat mengujinya dan dia pun jadi pemain di Continassa, kamp latihan Juve, yang terbebas dari paparan virus corona paling akhir ketimbang dua rekannya, Daniele Rugani dan Blaise Matuidi.

Yang dialami Dybala bertolak belakang dengan CR7. Dia bak jatuh tertimpa tangga. Dia gagal beradu dengan attaccante SS Lazio Ciro Immobile dalam perburuan gelar Capocannoniere, alias top scorer Serie A. Ditambah lagi gagal meraih penghargaan pribadi apapun di Serie A. Ini jadi noda hitamnya sebagai pemburu penghargaan. Karena, ini kali pertama sejak 2006 namanya tak disebut dalam peraih penghargaan pribadi apapun. (ren)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Pemain Terbaik Februari Jadi Milik Lilipaly

Jumat, 29 Maret 2024 | 12:40 WIB

Clippers Libas 76ers dengan Skor Tipis

Jumat, 29 Maret 2024 | 02:26 WIB

Matangkan Program Latihan, Baru Pindah Venue

Senin, 25 Maret 2024 | 12:15 WIB

IMI Kaltim Gencarkan Event

Senin, 25 Maret 2024 | 10:55 WIB

Zohri Geber Latihan di Phoenix

Senin, 25 Maret 2024 | 10:50 WIB

Angkat Besi Kaltim Tatap Persiapan Khusus

Senin, 25 Maret 2024 | 10:15 WIB

Ajang PON Pertama, Siap Kerja Keras demi Emas

Senin, 25 Maret 2024 | 09:15 WIB

Bikin Pelatih Terkagum-kagum

Senin, 25 Maret 2024 | 07:50 WIB

Wushu Kaltim Target Maksimal di Piala Wapres

Sabtu, 23 Maret 2024 | 13:00 WIB

Panitia Pelatda Pastikan Semua Atlet Ambil Bagian

Jumat, 22 Maret 2024 | 14:25 WIB

Max Verstappen Ancam Pergi dari Red Bull

Jumat, 22 Maret 2024 | 13:25 WIB
X