Petaka di Beirut, 1.447 WNI Aman, Ledakan Terasa hingga 10 Kilometer

- Kamis, 6 Agustus 2020 | 14:02 WIB
Sekitar lokasi ledakan dalam radius yang cukup jauh tampak kerusakan yang parah.
Sekitar lokasi ledakan dalam radius yang cukup jauh tampak kerusakan yang parah.

Amonium nitrat diduga jadi penyebab ledakan hebat di Beirut, Lebanon, Selasa (4/8). Puluhan warga meninggal dunia. Ratusan ribu jiwa kehilangan tempat tinggal.

 

JAKARTA-Hadi Nasrallah penasaran dengan pemandangan pesisir Beirut, Selasa sore (4/8). Api tiba-tiba menyembur dari arah pelabuhan. Tak lama kemudian, telinganya terasa tuli sementara. Lalu, semua terempas. “Kaca semua bangunan pecah berantakan,” ungkap warga sekitar yang merasakan ledakan itu kepada BBC kemarin (5/8).

Sore itu, Beirut seakan menghadapi kiamat. Ledakan yang berasal dari kompleks gudang pelabuhan itu tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh warga Lebanon. Padahal, warga negara tersebut sudah menyaksikan banyak kenangan pahit. Mulai perang sipil pada 1975, invasi Israel pada 1982, dan perang dengan Israel pada 2006.

Ledakan bukan barang baru di Beirut. Banyak aksi terorisme yang dilakukan dengan cara bom bunuh diri. Namun, Sami Nader, direktur Levant Institute for Strategic Affairs, mengatakan bahwa semua ledakan itu hanyalah percikan dibanding ledakan Selasa sore itu. “Dampak ledakan ini sulit dipercaya,” ungkapnya kepada Al Jazeera.

Pakar mengatakan bahwa getaran akibat ledakan itu setara dengan gempa berskala 3,3 magnitudo yang terasa sampai ke Pulau Siprus. Hampir seluruh pelabuhan hancur lebur. Termasuk gedung-gedung di radius 10 kilometer.

Namun, yang meledak bukanlah nuklir. Melainkan amonium nitrat. Zat tersebut biasa digunakan untuk industri pertanian sebagai bahan campuran pupuk. Namun, dengan racikan yang tepat, bahan tersebut bisa menjadi peledak dahsyat. Pebisnis pertambangan dan kelompok teroris biasa menggunakan bahan tersebut.

Daya ledak amonium nitrat tak bisa diremehkan. Beberapa tragedi kecelakaan industri juga dipicu oleh zat tersebut. Misalnya, insiden ledakan di pabrik pupuk Texas pada 2015 yang menewaskan 15 orang.

Serangan teror Oklahoma City pada 1995 juga mengandalkan zat tersebut. Saat itu, pelaku menggunakan dua ton amonium nitrat untuk menghancurkan gedung pemerintah dan membunuh 168 orang.

Yang meledak kali ini bukan cuma 2 ton. Namun, 2.750 metrik ton. Amonium nitrat sebanyak itu disimpan di gudang tertutup selama bertahun-tahun. “Saya berjanji bahwa siapa pun di balik ledakan ini akan membayarnya,” ungkap Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab.

Masyarakat Beirut jelas marah. Apalagi Lebanon sudah dilanda krisis ekonomi sejak tahun lalu. Mata uang Lebanon mengalami devaluasi besar-besaran. Padahal, beberapa keperluan pokok bergantung impor.

Walhasil, rasio masyarakat miskin melonjak menjadi 50 persen dari total populasi. “Kami sudah diberi cobaan dengan krisis ekonomi, pemerintah korup, dan virus corona. Semula saya kira situasi tak akan lebih buruk lagi,” keluh Rami Rifai, insinyur berusia 38 tahun kepada Agence France-Presse.

Sebagian warga menyalahkan pemerintah yang teledor karena menyimpan zat mudah meledak tanpa prosedur yang tepat. Seharusnya zat seberbahaya itu dijaga ketat. Pemerintah Lebanon mengatakan siap mengucurkan dana darurat senilai Rp 960 miliar.

Namun, mereka sudah memperingatkan bahwa proses pemulihan bakal berjalan panjang. Sebab, pelabuhan yang menjadi fasilitas paling vital kini hilang. “Kami berusaha sekuat mungkin untuk menangani hal ini di tengah krisis ekonomi,” ujar Menteri Kesehatan Lebanon Hamad Hassan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X