Suara gemuruh tiba-tiba terdengar di kawasan Muang Dalam, tepatnya di Jalan Rejo Mulyo, RT 32, Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, Selasa (4/8), pukul 23.00 Wita. Aroma amonia menyengat menyusul suara gemuruh.
SAMARINDA–Warga langsung berhamburan keluar rumah. Mencari sumber suara dan aroma tak lazim itu. Saat ditelusuri, rupanya berasal dari pipa jaringan gas (jargas) Handil Nilam, Kecamatan Muara Badak-Tanjung Batu, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kukar. Pipa tersebut tak jauh dari permukiman, sekitar 5 meter.
"Suaranya seperti hujan. Ada tercium aroma gas," ujar Supriatin (38), warga sekitar. Pipa berdiameter 8 inci di kedalaman 3 meter dari permukaan tanah rusak. Kebocoran terjadi setelah terbentur bucket alat berat saat melakukan penggalian proyek pipanisasi Perusahaan Listrik Negara Gas dan Geothermal (PLN GG). Warga sekitar sempat diminta mengungsi dari area jargas yang dibangun sejak 1998 tersebut. Setidaknya diminta menjauh sekitar 3 km. "Orang-orang yang dekat pipa ngungsi duluan di simpang empat. Mengungsi ke rumah keluarga aja," terang bapak satu anak tersebut.
Namun, tak semua warga mengungsi. Beberapa bertahan di beranda rumah masing-masing. Rabu (5/8), sekitar pukul 03.00 Wita, warga mulai kembali kediaman masing-masing. "Tapi di depan rumah aja, takut. Mau tidur enggak tenang, takut meledak. Pagi sudah enggak ada lagi aroma gas, mungkin ditutup sudah," ungkapnya.
Manager PLN GG unit Tanjung Batu Kukar Saeb yang menginvestigasi lapangan menerangkan, proyek pipanisasi dengan jarak 48,2 km itu sejak Selasa (5/8) sudah dikerjakan. Namun, saat pengerjaan malam hari, terjadi insiden. "Kebocoran kerena alat berat, tanpa kesengajaan mengenai pipa," terangnya.
Meski objek vital nasional (obvitnas) telah mengalami kebocoran, dan sedang ditangguhkan, Saeb menerangkan proyek tersebut tetap akan berjalan. Sembari berkoordinasi dengan PT Pertamina. "Masih akan dilanjutkan karena proyek pemerintah. Kami berkoordinasi dengan Pertamina. Dalam tahap-tahap penyelesaiannya," terang dia.
Disinggung soal standar operasional prosedur (SOP), pengerjaan malam hari, Saeb mengatakan bisa dilakukan asal dengan alat keamanan yang memadai. "Penggalian batu bara kan bisa. Namanya musibah bisa terjadi," tegasnya.
Ditemui terpisah, Legal and Relation Assistant Manager Pertamina EP Field Sangasanga Frans Hukom membenarkan, jargas tersebut milik Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field. Namun, untuk pengerjaan tersebut dilakukan PLN GG. Penyebab pasti bocor jargas masih dalam investigasi. Pekerjaan pada malam hari dipertanyakan Frans. "Nah belum tahu kenapa bisa ada pekerjaan malam. Masih diinvestigasi," terangnya.
Untuk memberikan rasa aman ke warga sekitar, aliran gas ditutup sementara. Upaya selanjutnya akan meminta pertanggungjawaban dari PLN GG dan pihak kontraktor. Sedangkan nasib operator alat berat tersebut kini telah diminta keterangan.
"Kemungkinan besok (hari ini) atau Jumat akan panggil PLN GG dan kontraktornya untuk minta bertanggung jawab. Termasuk kerugian yang diderita akibat pipa dan gas yang terbuang. Itu semua harus dihitung," pungkasnya. (*/dad/dra/k8)