Orchard Road Sepi, Kiran: Ini Krisis Terburuk bagi Singapura

- Kamis, 6 Agustus 2020 | 13:04 WIB
DAMPAK COVID-19: Kawasan Orchard Road, Singapura sepi selama pandemi Covid-19.
DAMPAK COVID-19: Kawasan Orchard Road, Singapura sepi selama pandemi Covid-19.

Wisatawan pasti kenal Orchard Road di Singapura. Kawasan ini paling top dan selalu ramai dikunjungi wisatawan. Namun, semenjak pandemi Covid-19, suasana di kawasan perbelanjaan terkenal itu berubah drastis.

 

SINGAPURA - Ketika berjalan menyusuri Orchard Road menunjukkan betapa pandemi telah menghantam pusat perbelanjaan terkenal di Singapura itu. Demikian seperti dilansir dari Free Malaysia Today, Rabu (5/8).

Restoran populer seperti Modesto, tutup bulan lalu setelah 23 tahun beroperasi. Juga tak terlihat lagi antrean turis Tiongkok di luar gerai Chanel dan Louis Vuitton. Mal-mal sepanjang 2,4 kilometer, yang pernah menjadi salah satu pusat perbelanjaan terbaik di Asia, hanya terlihat toko-toko kosong.

Pada sore hari, staf toko iseng membersihkan rak atau bermain dengan ponsel mereka karena sepi pelanggan. “Ini krisis terburuk bagi Singapura dan Orchard Road,” kata Kiran Assodani, yang telah menjalankan toko penjahit di salah satu mal selama 35 tahun.

Outlet yang melayani wisatawan dan penduduk lokal telah mengalami penurunan penjualan sebesar 90 persen. Mereka tak tahu badai akan berlangsung sampai kapan. Pembatasan perjalanan global merugikan Singapura sekitar USD 20 miliar dalam sektor pariwisata.

Orchard Road awalnya merupakan lahan perkebunan buah, pala, dan lada di awal abad ke-19. Kemudian diubah menjadi pusat perbelanjaan mewah. Toko swalayan pertama dibuka pada tahun 1958. Lokasi itu mencerminkan pertumbuhan Singapura menjadi salah satu negara terkaya di dunia.

Restoran Italia Modesto selamat dari wabah SARS dan krisis keuangan Asia. Akan tetapi kalah akibat virus corona saat ini. Restoran Modesto di sepanjang Orchard Road ditutup pada Sabtu (25/7) lalu.

Robert Chua, yang mengelola toko koper di Far East Plaza, mengaku dirinya hanya bisa bertahan sekitar dua bulan lagi. Dia biasa menerima omzet sekitar SGD 25 ribu dalam sebulan menjual koper dan ransel untuk sebagian besar turis Amerika, Eropa, dan Tiongkok.

Sekarang, SGD 300 saja sudah bersyukur. Beberapa hari bahkan tidak ada pelanggan sama sekali.“Setiap hari saya datang ke toko dengan perasaan sedih,” kata pria 50 tahun itu.

Di dalam buku rekeningnya, dia menyimpan tiga uang kertas SGD 50 sebuah takhayul Tiongkok yang dimaksudkan untuk menjaga agar uang tetap mengalir, tetapi tidak berhasil. “Saya tidak bisa tidur memikirkan pengeluaran yang harus dibayar,” jelasnya.

Setidaknya 20 toko di Far East Plaza, yang merupakan bagian yang dimiliki oleh keluarga miliarder di belakang RB Capital juga kosong. Stiker For Rent (disewakan) terpampang. Beberapa toko tutup, termasuk restoran Jepang dan pengecer pakaian linen British India. Yang pasti, Orchard Road sudah kehilangan kilaunya. (jpg/kri)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X