Pasien Sembuh Covid-19 Alami Gangguan Kejiwaan

- Kamis, 6 Agustus 2020 | 12:49 WIB
BERI MOTIVASI: Tim dokter di sebuah rumah sakit memberikan semangat kepada salah seorang pasien Covid-19.
BERI MOTIVASI: Tim dokter di sebuah rumah sakit memberikan semangat kepada salah seorang pasien Covid-19.

MILAN – Manajemen Rumah Sakit (RS) San Raffaele di Milan, Italia, melaporkan temuan mengejutkan berdasar studi yang mereka lakukan. Sejumlah pasien sembuh Covid-19 di negara tersebut mengalami tingkat gangguan kejiwaan yang lebih tinggi. Termasuk gangguan stres pasca-trauma, kecemasan, insomnia, dan depresi.

Survei membuktikan bahwa separuh lebih dari 402 pasien yang diawasi seusai menjalani pengobatan Covid-19 mengalami setidaknya satu gangguan kejiwaan dan sebanding dengan keparahan inflamasi selama sakit. Demikian seperti dilansir dari Reuters kemarin.

Disebutkan, 265 pasien pria dan 137 perempuan kembali diperiksa setelah satu bulan dirawat di rumah sakit. “Jelas bahwa inflamasi yang disebabkan oleh penyakit tersebut juga dapat bereaksi terhadap tingkat kejiwaan,” ungkap Profesor Francesco Benedetti, ketua kelompok Unit Penelitian di Psychiatry and Clinical Psychobiology di San Raffaele.

Laporan tersebut dipublikasikan di jurnal ilmiah Brain, Behavior and Immunity pada Senin (3/8) lalu. Berdasarkan wawancara klinis dan pertanyaan tentang penilaian diri, para dokter menemukan kasus post traumatic stress disorder (PTSD) 28 persen, depresi 31 persen, kecemasan 42 persen, dan insomnia 40 persen, terakhir gejala obsesif kompulsif 20 persen.

Berdasar studi rumah sakit tersebut, perempuan paling banyak mengalami kecemasan dan depresi meski keparahan infeksinya lebih rendah. “Kami berhipotesis bahwa ini bisa saja karena fungsi sistem imun yang berbeda,” ungkap Profesor Benedetti.

Sementara itu, efek kejiwaan yang tidak begitu serius ditemukan pada pasien rawat inap ketimbang pasien rawat jalan. Prof Benedetti menambahkan, dampak kejiwaan akibat Covid-19 dapat disebabkan, baik dari respons imun terhadap virus itu sendiri maupun faktor stres psikologi seperti stigma, isolasi sosial, dan kekhawatiran penularan terhadap orang lain.

Hasil studi tersebut akan berimbas pada kekhawatiran soal potensi komplikasi kesehatan yang melemahkan bagi pasien sembuh Covid-19. Awal Agustus ini para ilmuwan memperingatkan kemungkinan gelombang kerusakan otak terkait virus corona pada pasien Covid-19.(jpg/kri/k16)

 

 

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X