SURABAYA– Kinerja industri kosmetik tanah air akan menjadi lebih baik pada semester kedua ini. Salah satu indikatornya adalah pertumbuhan penjualan yang sangat pesat. Khususnya secara daring. Sebab, masyarakat masih enggan berbelanja langsung ke gerai kosmetik atau pusat perbelanjaan.
Ketua Perhimpunan Pengusaha dan Asosiasi Kosmetik Indonesia (PPAKI) Solihin Sofian menyatakan telah beberapa kali menyurvei penjualan di tengah persebaran virus SARS-CoV-2. Hasilnya, permintaan produk kecantikan masih bergerak. Memang banyak toko luring yang tutup. Tetapi, masyarakat bisa berbelanja lewat e-commerce.
’’Penjualan online selama pandemi naik sampai 300 persen. Tentu ini hal yang baik saat kondisi ekonomi benar-benar susah,’’ tuturnya (5/8).
Namun, dia juga tidak menampik bahwa peningkatan yang pesat itu didominasi produk impor. ’’Asal tahu saja, registrasi produk kosmetik lokal di BPOM pada 2019 mencapai 91.665 items. Sementara itu, produk impor mencapai 102.098 items,’’ jelasnya.
Karena itu, PPAKI meminta bantuan pemerintah agar produk anak bangsa bisa menang di negeri sendiri. Solihin mengusulkan agar pemerintah membatasi arus impor produk yang bisa diproduksi produsen dalam negeri. Misalnya, sabun dan hand & body lotion. ’’Kalau kita bisa produksi sendiri, ngapain harus impor,’’ ucapnya.
Solihin mengungkapkan bahwa kinerja industri kosmetik pada semester pertama lalu memang tidak bagus. Kondisi paling parah terjadi pada pertengahan Maret sampai April. Saat itu penjualan kosmetik Indonesia turun hingga 90 persen. ’’Produk kecantikan di market hanya terserap 10 persen. Sangat memprihatinkan,’’ katanya.
Namun, dia bersyukur. Sebab, di tengah kinerja yang tidak baik, pemerintah memudahkan perizinan produsen sanitasi. ’’Kami diizinkan membuat hand sanitizer maupun hand soap,’’ tuturnya. Itu dilakukan agar supply and demand tetap terjaga. (car/c20/hep)