YANGON– Aung San Suu Kyi melambaikan tangan ke para pendukungnya di Yangon. Kemarin (4/8) penasihat negara Myanmar itu menyerahkan berkas pencalonan dirinya dalam pemilu 8 November mendatang. Sebelumnya, kabar maju atau tidaknya Suu Kyi masih simpang siur.
’’Ibu Suu, semoga sehat,’’ teriak para pendukung Suu Kyi yang rata-rata memakai masker warna merah. Masker itu menjadi penanda dukungan mereka kepada partai National League for Democracy (NLD) yang digawangi Suu Kyi. Bendera partai tersebut didominasi warna merah.
Dilansir Myanmar Times, pada pemilu nanti penduduk memilih kandidat yang duduk di majelis rendah dan tinggi. Anggota parlemen yang terpilih nanti mulai bekerja pada Februari 2021. Merekalah yang akan memilih presiden untuk membentuk pemerintahan. Presiden dan pemerintah mulai bekerja pada April 2021.
Kalau toh menang sekali lagi, NLD tetap tidak bisa berkuasa sepenuhnya. Sebab, berdasar konstitusi di Myanmar, 25 persen kursi di majelis rendah dan tinggi parlemen harus diserahkan kepada militer. Satu di antara dua wakil presiden, menteri dalam negeri, menteri pertahanan, dan menteri urusan perbatasan ditunjuk kepala junta militer. Artinya, siapa pun yang berkuasa nanti berbagi kekuasaannya dengan militer.
Karena aturan perundang-undangan yang dibuat militer itu pulalah, Suu Kyi tidak bisa menjadi presiden. Ketika partainya menang besar dalam pemilu lalu, dia harus menunjuk tangan kanannya, Win Myint, sebagai presiden boneka. Keputusan Win Myint sejatinya dibuat Suu Kyi.
Nama Suu Kyi sempat dielu-elukan ketika memperjuangkan demokrasi di Myanmar. Dia bahkan meraih Nobel Perdamaian pada 1991 dan berbagai penghargaan lainnya. Namun, satu per satu penghargaan itu dicabut dan Suu Kyi dikecam karena bungkam saat junta militer membantai penduduk Rohingya. Padahal, saat itu dia sudah berkuasa sebagai penasihat negara.
Pemilu November nanti menjadi ujian kepercayaan rakyat bagi Suu Kyi dan partainya. Belum ada prediksi mereka mendulang kemenangan besar seperti dulu atau tidak. (sha/c14/ayi)