Pengeluaran untuk Kesehatan Picu Inflasi Kaltim

- Selasa, 4 Agustus 2020 | 11:14 WIB
Adanya wabah pandemi Covid-19 turut memengaruhi penurunan konsumsi masyarakat yang berdampak terhadap rendahnya inflasi sepanjang triwulan II 2020 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Adanya wabah pandemi Covid-19 turut memengaruhi penurunan konsumsi masyarakat yang berdampak terhadap rendahnya inflasi sepanjang triwulan II 2020 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Meningkatnya pengeluaran masyarakat untuk kesehatan dan komunikasi di tengah pandemi corona turut mendorong inflasi di daerah. Pada Juli lalu, Kaltim mencatatkan inflasi sebesar 0,07 persen.

 

SAMARINDA- Hadirnya momentum hari besar keagamaan nasional (HBKN) Iduladha menjadi salah satu pemicu inflasi di Kaltim. Pada Juli lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Bumi Etam mengalami perubahan indeks harga konsumen (IHK) dari 103,97 pada Juni 2020 menjadi 104,04. Sehingga Kaltim mengalami inflasi sebesar 0,07 persen.

Kepala BPS Kaltim Anggoro Dwitjahyono mengatakan, inflasi tahun kalender pada Juli 2020 sebesar 0,92 persen dan inflasi tahun ke tahun sebesar 0,80 persen. Inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naiknya beberapa indeks kelompok pengeluaran. Seperti kesehatan sebesar 0,38 persen, informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,36 persen.

Kenaikan ini diperkuat penyediaan makanan dan minuman restoran yang naik sebesar 0,28 persen, transportasi sebesar 0,22 persen, perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,21 persen, rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,11 persen, makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,10 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,07 persen.

“Sedangkan tiga kelompok lain yang mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,16 persen. Diikuti kelompok pendidikan sebesar 0,66 persen dan perlengkapan, peralatan, serta pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,02 persen,” ujarnya, Senin (3/8).

Pada Juli 2020, dari 11 kelompok pengeluaran, tujuh kelompok memberikan andil inflasi, tiga kelompok memberikan sumbangan deflasi dan satu kelompok lainnya cenderung stabil. Kelompok pengeluaran yang memberi sumbangan inflasi, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau, transportasi, dan penyediaan makanan dan minuman restoran masing-masing dengan andil 0,03 persen.

Disusul kelompok perumahan, air, listrik, bahan bakar rumah tangga, informasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan andil sebesar 0,02 persen. Serta kelompok kesehatan dan kelompok perawatan pribadi masing-masing sebesar 0,01 persen. “Sedangkan kelompok yang memberi andil negatif, yaitu pakaian dan alas kaki sebesar 0,05 persen dan pendidikan sebesar 0,02 persen,” ungkapnya.

Kelompok dengan andil cenderung stabil adalah kelompok perlengkapan, peralatan, pemeliharaan rutin rumah tangga, rekreasi, olahraga dan budaya. Jika dirinci menurut kota, Samarinda mengalami inflasi sebesar 0,36 persen dengan IHK 104,41. Sementara Balikpapan mengalami deflasi 0,30 persen dengan IHK 103,57.

Ketua TPID Balikpapan Rizal Effendi menyampaikan bahwa ketahanan pangan merupakan hal penting yang perlu dijaga dan menjadi prioritas di tengah pandemi Covid-19. Hal ini penting mengingat lebih dari 90 persen kebutuhan pangan pokok masyarakat Balikpapan masih mengandalkan suplai dari daerah lain, misalnya Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah.

“Pandemi Covid-19 tentunya berdampak terhadap kelancaran distribusi dan produksi barang terutama bahan pangan dengan penerapan kebijakan pembatasan sosial. Sehingga perlu dilakukan langkah-langkah strategis dan inovatif untuk menjaga ketahanan pangan Kota Balikpapan,” katanya.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Bimo Epyanto mengatakan beberapa faktor yang memengaruhi dinamika inflasi pada triwulan II 2020. Di antaranya kebijakan terkait angkutan udara dan faktor seasonal, yaitu Ramadan dan Lebaran. Selain itu, dampak kenaikan harga emas perhiasan sebagai pengaruh dari kenaikan harga emas di pasar internasional dan fluktuasi nilai tukar rupiah.

Namun demikian, adanya wabah pandemi Covid-19 turut memengaruhi penurunan konsumsi masyarakat yang berdampak terhadap rendahnya inflasi sepanjang triwulan II 2020 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Bimo menjelaskan, secara rata-rata inflasi yang terjadi pada triwulan II 2020 masih lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2020. Hal ini didorong oleh peningkatan tarif angkutan udara dan adanya gangguan pasokan komoditas bahan makanan seperti bawang merah, daging ayam ras, dan sayur-sayuran.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB

Desa Wisata Pela Semakin Dikenal

Selasa, 16 April 2024 | 11:50 WIB

Pekerjaan Rumah Gubernur Kaltim

Selasa, 16 April 2024 | 09:51 WIB

Usulkan Budi Daya Madu Kelulut dan Tata Boga

Selasa, 16 April 2024 | 09:02 WIB

Di Balikpapan, Kunjungan ke Mal Naik 23 Persen

Senin, 15 April 2024 | 17:45 WIB

Libur Lebaran, Okupansi Hotel di Kaltim Meningkat

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB

Supaya Aman, Membeli Properti pun Ada Caranya

Senin, 15 April 2024 | 10:30 WIB
X