BAGI anak-anak Tanjung Batu, Berau, menerjang ombak sudah menjadi bagian tak terpisahkan. Tak heran jika sejak Teddy Abay mengenalkan olahraga layar di daerah tersebut banyak atlet yang telah dilahirkan. Salah satunya adalah Nur Fatin Syafika. Gadis berusia 19 tahun itu merasakan besarnya manfaat sejak menjadi atlet layar didikan Teddy Abay.
Ya, Fatin bukanlah siapa-siapa pada 2010 silam. Dia hanya anak nelayan biasa yang hidupnya jauh dari kata cukup. Bahkan rumah pun harus mengontrak bersama keluarganya. Bahkan saat memutuskan ikut latihan layar, dia tak bisa benar-benar fokus.
Fatin hanya berlatih selama setahun. Dia memilih fokus membantu orangtua mencari uang untuk menambah biaya membayar kontrakan. “Saya sempat ikut latihan di 2010, saat itu saya masih SD. Tapi saya latihan tidak fokus, karena harus bekerja bantu orangtua. Saya kerja di konter hp dan toko sembako,” kenang Mahasiswi Jurusan Manajemen STIEM Berau tersebut.
Pada tahun 2014 Fatin benar-benar memiliki tekad kuat untuk gabung layar. Sejak saat itu, Fatin mencurahkan tenaga hanya untuk layar. Walhasil saat ini dia sudah mendapatkan manfaat dari hasil kerja kerasnya di layar.
“Alhamdulillah saya sudah bisa bantu orangtua bikin rumah sendiri. Jadi, kami tidak ngontrak lagi. Selain itu, jerih payah selama ikut layar saya sisihkan untuk biaya kuliah,” ujarnya.
Fatin mengaku beruntung bisa mengenal layar. Dia pun berterima kasih kepada sosok Teddy Abay yang sudah membina layar Berau, terutama anak-anak Tanjung Batu. Teddy Abay dinilai sosok ayah bagi atlet layar Berau. Tak terkecuali Fatin.
“Babe Teddy adalah orang yang sangat berjasa bagi kami atlet layar Berau. Tanpa beliau, kami bukan siapa-siapa,” ungkapnya.
Sebagai tanda terima kasih, Fatin berjanji akan tampil all out di Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2021. “Kami semua berjuang memberikan prestasi terbaik untuk layar Kaltim di Papua,” pungkas gadis yang bercita-cita menjadi pelatih layar tersebut. (don2/k15)
