Saham Fluktuatif karena Vaksin Covid-19

- Senin, 3 Agustus 2020 | 13:34 WIB

JAKARTA- Saham emiten farmasi melambung lagi seiring meningkatnya optimisme uji klinis vaksin Covid-19. Hans Kwee, analis pasar modal, menilai sentimen vaksin berpengaruh besar terhadap saham farmasi. Antara lain, vaksin Sinovach dari Tiongkok yang ditangani Bio Farma dan kerja sama Kalbe Farma dengan Genexine Inc yang merupakan perusahaan farmasi asal Korea Selatan (Korsel). Beberapa pekan terakhir, saham perusahaan farmasi naik sehingga menjadi incaran pelaku pasar.

’’Jangka pendeknya, pelaku pasar berpikir pasti untung nih yang memproduksi dan mendistribusi vaksin,’’ katanya saat dihubungi Jawa Pos (2/8). Namun, sentimen tersebut tidak akan lama. Sebab, produksi vaksin membutuhkan waktu lama. Dalam kondisi normal, setidaknya dibutuhkan sepuluh tahun. Kendati demikian, banyak negara yang berlomba-lomba menggarap vaksin. Tetapi, tetap saja, waktu paling cepat adalah 1,5 tahun.

Prospek perusahaan farmasi tahun ini, menurut Hans, tidak terlalu signifikan. Sebab, mayoritas bahan baku obat berasal dari luar negeri. Baik dari Tiongkok maupun India. Dalam situasi wabah, seluruh perusahaan farmasi negara di dunia membutuhkan obat. Praktis, negara importer pun menahan pengiriman bahan baku ke negara lain.

Hal tersebut sempat membuat pasokan bahan baku obat terganggu. Itu lantas memengaruhi kontinuitas produksi obat di dalam negeri. Padahal, permintaan banyak. Akibatnya, timbul kelangkaan obat yang membuat harga di pasaran naik. ’’Ini yang jadi tidak terlalu menguntungkan bagi perusahaan farmasi. Karena yang main harga bukan mereka, tapi di level bawahnya. Seperti distributor dan pedagang,’’ ujarnya.

Sementara itu, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia Hasan Fawzi menyebutkan bahwa ada tiga sektor yang mampu bertahan ketika indeks harga saham gabungan (IHSG) volatile. ’’Sektor basic industry dan chemical, barang konsumsi, dan keuangan. Khususnya perbankan,’’ ujarnya pekan lalu. Namun, Ketua GP Farmasi Jatim Philips Pangestu mengatakan bahwa peluang industri farmasi semakin besar. Sebab, di tengah situasi pandemi ini banyak rumah sakit dan klinik yang sepi. Juga tidak banyak dokter yang berani praktik. (han/car/c20/hep)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X