JAKARTA–Kasus positif penularan Covid-19 terus bertambah signifikan. Kemarin (29/7) tercatat 2.381 kasus baru dengan total 104.432. Provinsi yang menjadi sorotan adalah DKI Jakarta dengan klaster penularan yang terus bertambah.
Anggota Tim Pakar Satgas Covid-19 Dewi Nur Aisyah mengatakan, ada perkembangan mengkhawatirkan dari DKI Jakarta. Pada 2 minggu terakhir, tingkat Positivity Rate Provinsi DKI Jakarta naik diatas ambang 5 persen pada 2 minggu terakhir. Yakni 5,21 persen pada periode 9-15 Juli, kemudian naik lagi ke angka 5.94 persen pada periode 16-22 Juli.
Padahal menurut Dewi angka positivity rate yang didapatkan dari puluhan ribu tes per hari untuk DKI Jakarta selalu terkendali dibawah 5 persen sejak awal Juni lalu. “2 pekan terakhir sudah diatas 5 persen. berarti ada yang harus diperbaiki lagi,” jelas Dewi kemarin (29/7).
Berdasarkan data dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Klaster tertinggi DKI Jakarta memang masih di Rumah Sakit dari pasien yang dirawat. Prosentasenya 42.95 persen dengan 5,475 kasus kemudian disusul penyebaran transmisi lokal di komunitas/pemukiman sebesar 39 persen. Kemudian disusul pasar 4.35 persen, dan perkantoran 3.60 persen.
Dewi menjelaskan, dalam pembagian klaster, jenis local transmission atau persebaran di pemukiman masih cukup banyak, yakni 283 klaster. Ini didapatkan dari aktivitas padat orang-orang yang bertemu dalam satu wilayah. Seperti olahraga bersama. Ataupun pasien positif yang berkunjung ke pemukiman tertentu.
Klaster lain yang cukup membikin heboh adalah klaster perkantoran. Meskipun jumlahnya lebih kecil, yakni 90 klaster. Klaster lain dari kegiatan keagamaan. Mulai dari rumah Ibadah, seperti Masjid dan Gereja, Asrama Pendeta, Pesantren serta 1 klaster dari tahlilan.
Maka dari itu, menurut Dewi perusahaan yang masih bisa melakukan Work From Home (WFH). Lebih baik WFH ”Kalaupun harus masuk kapasitas jangan lebih 50 persen. benar-benar baik. Kepadatan terbatas. Bisa dibikin shif,” jelasnya.
Satgas COVID-19 menyoroti perkembangan dua wilayah administrasi, salah satunya DKI Jakarta. Lima kota administratif di daerah khusus ini berada pada zona risiko tinggi atau merah, sedangkan satu kabupaten pada zona risiko sedang.
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Bakti Bawono Adisasmito menyampaikan situasi di wilayah DKI Jakarta perlu mendapatkan perhatian masyarakat secara luas. Ia juga meminta pemerintah daerah setempat untuk memperhatikan kondisi wilayah secara serius.
Wiku mengatakan, berdasrakan data, bisa dilihat bahwa pada minggu lalu, 19 Juli 2020, ada 33 persen atau hanya dua kota administratif, yakni Jakarta Pusat dan Jakarta Barat, yang memiliki risiko tinggi yaitu merah. Sementara pada hari Minggu, 26 Juli, wilayah merah meningkat menjadi lima kota administrasi.
”Ini harus kita cermati bersama. Bahkan pada Minggu, 21 Juni, ada satu daerah yang zona tidak terdampak yaitu Kepulauan Seribu sekarang sudah menjadi risiko sedang,” kata Wiku kemarin.
Wiku menyebut, Pertumbuhan kasus positif di DKI Jakarta meningkat cukup drastis dibandingkan seminggu sebelumnya. Dari sebelumnya adalah 1.880 kasus, kini menjadi 2.679 kasus. “Ini adalah peningkatan yang cukup pesat. kita bisa melihat gambaran distribusi kelompok umur dari COVID-19. Terlihat pada usia 18 sampai dengan 59 tahun jumlahnya yang positif adalah 80 persen,” tambahnya.
Menurutnya, ini adalah kontribusi kasus positif pada kelompok umur dari 18 sampai 59 tahun, Sementara dari sisi usia, jumlah pasien meninggal di atas 45 tahun jumlah cukup besar yaitu 80 persen. “Artinya, penularan bisa terjadi di kelompok usia relatif produktif dan korban meninggal justru pada usia lanjut,” ucapnya.
Selanjutnya, dari sisi kelamin, ia menyampaikan, kasus positif-19 relatif hampir seimbang dengan 52,3 persen pada kelompok laki-laki, serta 47,87 persen pada kelompok perempuan. Dari sisi jumlah yang meninggal, laki-lakilebih banyak dengan 61,26 persen, sedangkan pada perempuan 38,74 persen.