Pemerintah dan perbankan perlu lebih agresif lagi mendekati generasi muda. Sebab, pendanaan disebut-sebut menjadi penghalang utama untuk terjun menjadi petani.
SAMARINDA- Minimnya regenerasi petani muda menjadi masalah serius di sektor pertanian Kaltim. Kurangnya minat generasi muda menjalankan bisnis pertanian salah satunya disebabkan sulitnya mengakses pendanaan. Padahal ini menjadi fondasi awal yang sangat penting.
Bank Indonesia mencatat, penyaluran kredit Kaltim pada triwulan I 2020 tumbuh meningkat di atas peningkatan pertumbuhan kredit nasional. Pertumbuhan kredit Kaltim pada periode itu tercatat sebesar 18,40 persen (year on year/yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 12,91 persen (yoy).
Jika dilihat per sektornya, penyaluran kredit di sektor pertanian masih mendominasi kredit Kaltim. Pada triwulan I 2020 pangsa penyaluran kredit ke sektor pertanian sebesar 18,94 persen dari total kredit, disusul sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) sebesar 15,01 persen dan pertambangan sebesar 14,61 persen.
Pengamat Pembangunan Pertanian Perdesaan Ibrahim mengatakan, untuk menumbuhkan minat petani muda harus diberikan fasilitas. Sebagai contoh di Berau banyak petani muda yang ingin mengembangkan jagung. Sebab, pemerintah membantu dengan alat pertanian, bibit dan lainnya untuk mengembangkan itu.
Artinya petani muda butuh dibantu. Setelah membuka lahan baru, anak-anak muda itu baru merasa memiliki keuntungan lebih besar menjadi petani. “Kita harus membangun fondasi awalnya, agar para anak-anak muda ini tertarik dan yakin menjadi petani lebih banyak keuntungan dibandingkan bekerja jadi karyawan,” katanya, Selasa (28/7).
Setelah itu, para petani muda ini harus didekatkan dengan perbankan. Agar mendapat kucuran dana, khususnya kredit usaha rakyat (KUR) dengan bunga hanya 6 persen. Sebenarnya, saat ini anak muda sudah cukup banyak terjun ke pertanian. Namun masih di bidang hortikultura, yaitu buah-buahan. Selain itu juga banyak anak muda juga banyak yang menanam hidroponik, seperti selada, pakcoy, bayam, seledri dan lainnya.
Apalagi sekarang banyak orang harus bekerja di rumah saat pandemi. Sehingga hidroponik sangat potensial untuk dikembangkan. Setidaknya apa yang dimakan itu harus ditanam. “Anak-anak muda seperti ini sudah sangat bagus, tinggal kita dekatkan untuk mendapatkan modal,” jelas mantan kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kaltim tersebut.
Menurutnya, dari Universitas Mulawarman juga sudah mulai banyak bermunculan lulusan yang mampu memberikan inovasi dalam mengatasi pola produksi pertanian. Namun, pengembangan turunan bisnis pertanian juga tak lepas dari peran perbankan untuk permodalan. Anak muda untuk menjalankan bisnisnya, salah satu kendala pasti modal.
Petani muda harus diarahkan untuk mendapat KUR, sehingga permasalahan-permasalahan petani muda kita pecahkan semuanya. “Paling tidak kita fasilitasi petani muda itu dengan mendapat kucuran dana, sebab sudah banyak lulusan pertanian namun kesulitan dengan modal untuk perkembangan bisnis pertanian,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)