SAMARINDA- Pengusaha batu bara memilih mengurangi produksi untuk bertahan di tengah pelemahan harga emas hitam saat ini. Apalagi bisnis pertambangan emas hitam tersebut masih berfluktuasi dan dihadapkan dengan ketidakpastian harga internasional.
Pengusaha Tambang Batu Bara Kaltim Eko Priyatno mengatakan, bisnis energi sebenarnya tidak terlalu banyak terpengaruh oleh pandemi namun harga jual batu bara melemah karena turunnya permintaan dari negara pengimpor.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pun menetapkan harga batu bara acuan (HBA) pada Juli 2020 sebesar USD 52,16 per ton. Turun signifikan dari Maret 2020 yang tercatat sebesar USD 67,08 per ton. “Saat ini memang harga masih drop, kaitannya sebenarnya sama saja seperti beberapa tahun silam,” katanya kepada Kaltim Post, Selasa (28/7).
Dia menjelaskan, Kaltim sudah pernah melewati titik harga paling rendah. Cara bertahan yang bisa dipilih, yakni dengan mengurangi produksi. Sebenarnya pertambangan belum pernah kembali berjaya seperti beberapa tahun silam. Penurunan harga yang sempat terjadi, tidak langsung kembali. Sehingga para pelaku usaha pertambangan juga masih berada di masa tidak terlalu banyak untung.
“Harga naik-turun di bisnis pertambangan itu sudah menjadi hal biasa. Jadi meski sempat bangkit, tapi tidak setinggi dulu,” ungkapnya. Menurutnya, saat ini kondisi bisnis pertambangan masih standar. “Harga yang turun sebenarnya bisa meningkatkan permintaan. Namun, memang produksi masih dibatasi akibat harga yang terlalu rendah,” sambungnya.
Beberapa perusahaan disebutnya juga belum melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), sebab sejak penurunan tajam beberapa tahun lalu pertambangan tidak terlalu seksi. Sehingga tidak banyak penambahan karyawan dan sebagainya, jadi yang sekarang bekerja itu hanya sedikit.
“Sejak sempat turun tajam yang bekerja itu-itu saja. Sehingga saat mengalami penurunan harga tidak kaget lagi dan tidak melakukan PHK. Kita kurangi kuantitas produksinya saja untuk bertahan saat ini, yang terpenting masih bisa berjalan,” jelasnya.
Meskipun saat ini sedang menurun, pihaknya optimistis kenaikan harga pasti akan terjadi lagi. Peningkatan harga pertambangan pasti ada, sebab kebutuhan energi tidak akan habis. Akan selalu diperlukan di dunia, hanya kuat atau tidaknya pelaku usaha melewati penurunan harga saat ini. “Kita belum ada perubahan signifikan, meski harga turun atau naik. Sebab, pertambangan memang belum pernah kembali berjaya seperti dulu,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)