Lirik Cucu Paku Buwono XII, PKS Galang Koalisi Lawan Gibran

- Rabu, 29 Juli 2020 | 11:24 WIB
Cucu Pakubuwono XII, BRA Putri Woelan Sari Dewi
Cucu Pakubuwono XII, BRA Putri Woelan Sari Dewi

JAKARTA– Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berupaya menggalang koalisi untuk memunculkan calon alternatif melawan pasangan Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa yang diusung PDIP. Masih ada waktu untuk mencari figur calon lain sebelum pendaftaran ke KPU pada 4-6 September nanti. "Masih ada harapan. Kita berusaha Solo ada calon alternatif," kata Ketua DPW PKS Jawa Tengah Abdul Fikri Faqih kepada Jawa Pos, (28/7).

Sejauh ini, PKS melirik beberapa nama alternatif. Salah satunya cucu Paku Buwono (PB) XII, BRA Putri Woelan Sari Dewi. Dia pernah mendatangi kantor DPD PKS Solo dengan menyatakan kesiapan maju di Pilkada Solo. Kunjungan itu dilakukan Kamis pekan lalu (23/7) yang disambut pengurus DPD PKS Solo. "Saya kira itu wujud keseriusan untuk ikut kontestasi," ujarnya.

Dia menilai tidak ada salahnya mengusung sosok itu. Apalagi yang bersangkutan juga menunjukkan keseriusan dengan terus bergerilya mencari dukungan masyarakat dan partai politik. Meski sudah mengantongi nama cucu Paku Buwono XII itu, PKS belum bisa berbuat banyak. Sebab syarat pencalonan belum terpenuhi. PKS hanya memiliki 5 kursi di DPRD Solo. Masih kurang 4 kursi lagi untuk mencapai syarat minimal 20 persen kursi DPRD.

Selain nama Putri Woelan Sari Dewi, PKS juga masih berharap banyak pada Wakil Wali Kota Solo Achmad Purnomo. Hanya saja, ujar Faqih, kendala utama saat ini adalah persoalan komunikasi. Pihaknya belum bisa leluasa menjalin komunikasi secara face to face karena masih dalam kondisi pandemi Covid-19. "Apalagi sebelumnya beliau juga positif Covid. Kita masih memaklumi situasi ini," paparnya.

Bagaimana menggalang koalisi partai?

Abdul Faqih Fikri merasa belum yakin kalau semua partai pemilik kursi di DPRD Solo sudah mendukung Gibran. Sejauh ini, sambung dia, baru PDIP yang secara terang-benderang mendukung Gibran-Teguh Prakosa melalui surat keputusan rekomendasi. Sedangkan partai lain, seperti PAN dan Gerindra yang masing-masing punya 3 kursi belum mengeluarkan rekomendasi secara tertulis. Hanya berupa ucapan dukungan secara lisan dari elit partai. "Artinya kan masih ada kesempatan. Apapun bisa terjadi sebelum keluar rekom tertulis," kata wakil ketua Komisi X DPR itu.

Dia berharap Pilkada Solo tidak sampai memunculkan calon tunggal. Sebab jika pilkada Solo sampai memunculkan calon tunggal, artinya pasangan Gibran-Teguh Prakosa akan melawan kotak kosong. "Itu tidak kondusif bagi Solo," ujarnya.

Juga berimplikasi negatif bagi perkembangan demokrasi. Sebab aspirasi dari pihak yang tidak mendukung pasangan Gibran-Teguh tidak bisa tersalurkan. Itu akan berakibat pada rendahnya tingkat partispasi pemilih. "Meskipun itu sah, tetapi kurang bagus bagi masa depan warga Solo," tandas Fikri Faqih.

Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menambahkan partainya berupaya agar tidak ada pilkada melawan kotak kosong. Termasuk di Solo. Sebab, demokrasi itu identik dengan kompetisi. Jadi, kompetisi bukan melawan kotak kosong. Namun ompetisi mestinya adalah orang melawan orang.

Maka, kata dia, PKS akan berusaha menyiapkan calon. “Kami berupaya menghadirkan calon yang bisa menjadi lawan bagi calon yang diajukan PDIP,” terang dia saat ditemui usai diskusi di Media Center DPR kemarin.

Bagi PKS, ujarnya, melawan kotak kosong adalah musibah demokrasi. Menurut Mardani, pilkada yang berbiaya mahal dan berisiko itu akan mampu melahirkan gagasan dan pemimpin yang baik jika yang maju bukan calon tunggal.

Saat ini, PKS masih menjajaki peluang koalisi dengan partai lain. Termasuk PAN, Partai Gerindra dan Partai Golkar yang masing-masing tiga kursi. Kemudian PSI yang mempunyai satu kursi. “Kami sedang menjalin komunikasi dengan empat partai itu.” tuturnya.

Dia berharap, ada partai yang mau bergabung dengan PKS untuk mengusung calon Wali Kota Solo. Peluangnya memang belum cerah, Kata Mardani, tapi siapa tahu dengan dukungan masyarakat, pihaknya bisa menghadirkan calon yang tidak tunggal di Solo.

Pemilihan kepala daerah dengan skema calon tunggal melawan kotak kosong memang berpotensi terjadi lagi dalam pilkada 2020. Lembaga Konstitusi dan Demokrasi (Kode) Inisiatif memotret potensi itu muncul di antaranya di Kota Solo, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Serang hingga Kabur Kediri.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Garuda Layani 9 Embarkasi, Saudia Airlines 5

Senin, 22 April 2024 | 08:17 WIB
X