Peritel Ikut Nantikan Insentif Listrik dan Kredit

- Selasa, 28 Juli 2020 | 12:54 WIB
ilustrasi
ilustrasi

JAKARTA- Sektor ritel masih berupaya untuk memupuk optimistis di tengah masa new normal. Pengusaha ritel meyakini bahwa roda perekomian dapat terus berputar dengan menjaga konsumsi. Di tengah harapan tersebut, peritel berharap insentif-insentif yang diberikan pemerintah pada sektor manufaktur, juga diberikan untuk sektor ritel khususnya menyangkut mengenai keringanan biaya listrik dan kredit korporasi.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan bahwa beban listrik di masa pandemi Korona turut membebankan peritel. Dia memberi contoh seperti yang dilakukan di modern supermarket atau gerai food and beverages di mall harus terus menghidupkan chiler dan refrigerator. ”Untuk air conditioner kita sudah mengurangi karena bebannya signifikan, sehingga yang diperlukan adalah bahan-bahan pendukung untuk kita tetap beroperasi,” ujarnya, kemarin (27/7).

Roy menegaskan pihaknya menyinggung mengenai keringanan listrik karena dua kebijakan yang telah dikeluarkan PLN, yaitu insentif listrik kepada pelanggan dengan golongan 450 VA dan 900 VA dan sektor industri hulu seperti pabrik dan manufaktur yang diberikan diskon listrik. ”Ini sangat membantu dan akan memberikan dampak baik,” tambahnya.

Menurut Roy, Aprindo juga mempunyai opsi yakni pemberian insentif setengah dari jam operasional. Misalnya tidak jam keseluruhan ritel yang disubsidi, namun hanya di jam-jam tingginya produktivitas. ”Misalnya kita buka ritel dari jam 10 pagi sampai jam 10 malam, kita bisa diberikan setengahnya saja pada saat peak hour itu pun sudah sangat membantu," ujar Roy.

Kemudian di samping soal keringanan listrik, Aprindo juga berharap pemerintah menurunkan kredit korporasi di tengah pandemi. Kredit korporasi saat ini, sambung Roy, cukup mempengaruhi biaya beban operasional dengan bunga normal sekitar 12-13 persen. ”Kami berharap adanya kredit korporasi dengan bunga di bawah 1,5-2 persen,” urainya.

Pihaknya juga akan melakukan apapun untuk menjaga pengusaha ritel tetap menjalankan bisnisnya. Dia menyebutkan bahwa ritel harus tetap beroperasi karena telah memberikan kontribusi besar dalam perekonomian konsumsi rumah tangga. Disebutkan pada PDB semester I tahun lalu mencapai 58,6 persen. ”Ini satu satunya yang harus kita jaga saat ini. Tidak ada jalan lain harus dijaga konsumsi,” tegasnya.

Aprindo memproyeksikan pada 2020 industri ritel masih bertumbuh. Namun Roy memperkirakan pertumbuhan ritel hanya akan mencapai sekitar 3-3,5 persen atau melemah dibandingkan pertumbuhan tahun lalu yang berkisar 8 sampai 8,5 persen. ”Pada kuartal I kita masih ada pertumbuhan sekitar kurang dari 3-3,5 persen. Memaski kuartal II, kita hanya bertumbuh sekitar 1,5-2 persen,” ujarnya.

Roy menjelaskan bahwa pemberlakuan PSBB yang mulai dilakukan pada kuartal II membuat pertumbuhan ritel semakin melemah. Pada Juni, meski pusat belanja atau mal di Jakarta sudah dibuka, penjualan toko ritel modern masih belum memenuhi harapan pelaku usaha. Selain PSBB masih berlaku, daya beli masyarakat yang sedang tergerus juga menahan laju penjualan. “Kalaupun masih memiliki daya beli, mereka lebih mengutamakan kesehatan. Dari hal-hal tersebut, saat ini ritel anggota Aprindo masih dalam suasana tidak perform,” tambah Roy.

Sementara untuk prediksi kuartal ketiga Aprindo juga belum terlalu percaya diri untuk rebound. Pada bulan Juli ini, menurut Roy masyarakat masih berfokus pada kebutuhan mereka yang lain, yakni biaya pendidikan bagi anak-anak mereka. ”Jumlah penjualan toko ritel modern masih rendah, hanya sekitar 40-60 persen dari total penjualan sebelum pandemi,” pungkasnya. (agf)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Desa Wisata Pela Semakin Dikenal

Selasa, 16 April 2024 | 11:50 WIB

Pekerjaan Rumah Gubernur Kaltim

Selasa, 16 April 2024 | 09:51 WIB

Usulkan Budi Daya Madu Kelulut dan Tata Boga

Selasa, 16 April 2024 | 09:02 WIB

Di Balikpapan, Kunjungan ke Mal Naik 23 Persen

Senin, 15 April 2024 | 17:45 WIB

Libur Lebaran, Okupansi Hotel di Kaltim Meningkat

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB

Supaya Aman, Membeli Properti pun Ada Caranya

Senin, 15 April 2024 | 10:30 WIB

Neraca Dagang Kaltim Surplus USD 1.433,67 Juta

Sabtu, 13 April 2024 | 19:40 WIB

Operator Tingkatkan Kapasitas Jaringan 32 Persen

Sabtu, 13 April 2024 | 17:35 WIB

Konsumsi BBM Nonsubsidi Naik Signifikan

Sabtu, 13 April 2024 | 15:15 WIB
X