Tak berhenti dipusingkan dengan mempelajari musik rumit tersebut, Bottle Smoker juga wajib memainkan irama itu dalam frekuensi audio 5 ribu hertz. ’’Ada memainkan melodi yang repetitif, menghindari low frequency, banyak sih lain-lainnya, termasuk suara alam bunyi burung, bunyi air, bunyi angin seperti itu,’’ ungkapnya.
Untuk peradaban Indonesia, Angkuy dan Nobie mempelajari sejarah Dewi Sri. Sang ratu padi yang terkenal dalam kebudayaan Jawa. ’’Ternyata ada beberapa ritual di dalamnya, ada istilah musik tarawangsa. Salah satunya ada musik karinding yang dulu digunakan untuk mengusir hama,’’ katanya. Mereka kemudian berasumsi, dengan memunculkan frekuensi-frekuensi bebunyian karinding, pendengaran hama bakal terganggu. ’’Lalu, kami mencoba mengolahnya,’’ bebernya.
Kurang lebih satu bulan, repertoar khusus untuk tanaman pun jadi. Total ada 90 menit. Tentu tidak sreg jika tidak mempraktikkannya langsung. ’’Waktu kami coba, ternyata memang ada pergerakan pada tanaman. Kami berasumsi lagi, berarti bisa nih untuk dicoba,’’ ujarnya.
Format konser lantas dipikirkan. Lou Belle Space, Bandung, dipilih jadi lokasi konser. ’’Kami namai konsernya Plantasia. Terinspirasi dari salah satu lagu dari idola kami, Mort Garson, berjudul Plantasia. Jadi nama konser dan muncullah konsep pertunjukan musik untuk tanaman ini,’’ ungkap pria 35 tahun tersebut.
Konsep dalam konser itu pun unik. Untuk mencari tanaman yang akan dijadikan percobaan (baca: penonton), Bottle Smoker membuat pengumuman melalui media sosial. Isinya tentang siapa saja yang mau mendaftarkan tanamannya untuk jadi penonton Konser Plantasia. Hanya beberapa hari, 50 tanaman sesuai kuota terpenuhi.
Lantas, disusunlah jadwal. Para pemilik tanaman diminta ngedrop di depan lokasi konser. Jadwal itu harus benar-benar ditaati untuk mematuhi protokol kesehatan. Sesudah itu, pemilik tanaman bakal mendapat link untuk melihat konser secara streaming. ’’Bukan menonton sih, yang lebih tepat mengawasi apakah tanamannya baik-baik saja selama konser. Karena kalau ditonton dan dinikmati, musik untuk Plantasia ini tidak untuk manusia,’’ kata alumnus ilmu komunikasi Unpad tersebut.