Curhat Anak-Anak Soal Kekerasan dan Perundungan di Hari Anak Nasional, Kumpulkan Uang Jajan Beli Kuota

- Jumat, 24 Juli 2020 | 10:43 WIB
Anak-anak bermain dengan permainan tradisional dan menari bersama dengan menggunakan masker dan jaga jarak aman di klub Merby kota Semarang, Kamis (23/7).Kegiatan ini dalam rangka peringatan hari anak nasional yang di selenggarakan secara daring dan di ikuti oleh 9 kelompok bermain di kota Semarang, (NURCHAMIM/JAWA POS RADAR SEMARANG)
Anak-anak bermain dengan permainan tradisional dan menari bersama dengan menggunakan masker dan jaga jarak aman di klub Merby kota Semarang, Kamis (23/7).Kegiatan ini dalam rangka peringatan hari anak nasional yang di selenggarakan secara daring dan di ikuti oleh 9 kelompok bermain di kota Semarang, (NURCHAMIM/JAWA POS RADAR SEMARANG)

JAKARTA–Konferensi Pers Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang kini berubah menjadi Satgas Penanganan Covid-19 diambil alih oleh anak-anak pada Hari Anak Nasional (HAN) (23/7).

Anak-anak mengambil alih hampir semua tugas harian Satgas Covid-19 mulai dari memimpin talkshow tentang perkembangan Covid-19, hingga memberikan pengumuman harian kinerja data. Hal tersebut adalah bagian dari kreasi Satgas yang berpusat di Gedung BNPB Jakarta untuk memperingati Hari Anak Nasional (HAN).

Dalam konferensi pers harian maupun talkshow. Anak-anak membicarakan berbagai hal, mulai dari kekerasan domestik, perundungan, pernikahan anak. Sampai unek-unek tentang suka duka mereka menjalani belajar dari rumah di masa pandemi. Seperti sinyal internet yang tidak lancar.

“Ini saya merasakan sendiri. Saya harus kumpulkan uang jajan setiap hari untuk beli kuota (internet,Red),” kata salah satu anak pemimpin preskon harian, Sephia.

Sephia menjelaskan, selain itu ia merasa ada yang kurang dari bimbingan guru dalam pembelajaran jarak jauh ini. Selain itu, Sephia berharap pemerintah lebih memberikan kemudahan bagi anak-anak yang menjalani pembelajaran jarak jauh.

“Anak-anak adalah masa depan kita. Harus kita pastikan bahwa mereka terlindungi selama masa pandemi ini,” jelas Tim Komunikasi Satgas Reisa Broto Asmoro.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Jokowi kemarin menyapa anak-anak Indonesia lewat video di platform YouTube. Dalam kesempatan itu, Jokowi bercerita pengalamannya berkunjung ke berbagai daerah di Indoensia. Di setiap kunjungan, selalu ada hal yang membuat dia dan Iriana bersemangat. ’’Yaitu melihat senyum anak-anak di Indonesia,’’ ujarnya.

Pada hari anak tahun ini tidak ada acara khusus untuk memperingatinya. Karena pandemi membuat kegiatan yang mengumpulkan banyak orang tidak dimungkinkan. Presiden pun mengingatkan anak-anak tentang bahaya virus korona. Dia bisa memahami keresahan anak-anak saat ini, yang tidak sabar ingin sekolah, bermain, ataupun bertemu dengan kakek neneknya yang jauh. Namun, karena pandemi, semua itu belum bisa dilakukan.

Iriana pun berpesan agar anak-anak tetap melakukan hal positif selama pandemi. Sembari menunggu waktu untuk bisa bersekolah lagi. ’’Disiplin mencuci tangan setelah bermain, setelah belajar, dan setelah berkegiatan,’’ ujarnya. Juga disiplin memakai masker dan menjaga jarak dengan siapapun bila ke luar rumah. Dia juga berpesan agar anak-anak menjauhi kerumunan apapun di luar rumah.

Hal-hal itu penting untuk dijalankan karena menjadi satu-satunya cara agar bisa terhindar dari potensi tertular Covid-19. Semua hal itu merupakan bagian dari protokol kesehatan yang harus dilakukan dengan disiplin. Dia yakin anak-anak sanggup melakukannya.

Dalam belajar pun, kini anak-anak harus mulai beradaptasi dnegan kebiasaan baru. ’’Dulu belajar bisa bertemu dengan guru, sekarang belajar dari rumah,’’ lanjut ibu tiga anak dan nenek dua cucu itu. ’’Selamat hari anak nasional tahun 2020. Anak terlindungi, Indonesia maju,’’ tambah Jokowi.

Sementara itu, Jubir Presiden bidang sosial Angkie Yudistia mengungkapkan data kekerasan terhadap anak di kementerian PPPA. Khususnya sejak awal Januari sampai 17 Juli lalu. ’’Terdapat 3.928 kasus kekerasan terhadap anak-anak yang dilaporkan,’’ terang Angkie.

Karena itu, pemerintah bersama Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) membuka layanan telepon 119 ext.8 Sehat Jiwa (Sejiwa). ’’Sebagai bentuk dukungan terhadap pelindungan anak-anak dan perempuan di Indonesia,’’ lanjutnya. khususnya mereka yang rentan mengalami masalah psikososial.

Dalam HAN kali ini, kembali digaungkan untuk mengeliminasi kekerasan kepada anak dan menjamin hak-hak mereka. Sebab, meski diperingati setiap tahun, angka kekerasan kepada anak masih tinggi.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Garuda Layani 9 Embarkasi, Saudia Airlines 5

Senin, 22 April 2024 | 08:17 WIB
X